Rabu, 04 Juli 2012

Aku Akan Selalu di Sampingmu


Aku Akan Selalu di Sampingmu
By Yanz
Genre: romance drama
Rate: Teen


Siang yang panas, jam menunjukkan pukul 2 siang. Gue keluar kelas sambil menyeka keringat pelan. Nama gue Raffael atau biasa dipanggil Raffa ini adalah seorang cowok paling popular di sekolah yang duduk di kelas XII. Kalian mungkin bingung kok rambut anak sekolahan kaya gue boleh pirang? Ya karena keluarga gue donator terbanyak di sekolah elit ini jadi peraturan gak berlaku buat gue. Badan gue tinggi, kulit pucat, wajah blasteran soalnya nyokap gue dari Australia sedangkan bokap gue asli pribumi.

Harta dan kesempurnaan yang gue miliki gak bikin gue lupa diri kok. Gue tetap berusaha menghargai orang yang gak seberuntung gue, kalau gue suka mereka mungkin gue bisa bantu.

Gue berjalan mengitari lorong kelas, melepas jas gue dan meletakkannya ke bahu. Sekolah gue bergaya jepang abis, seragamnya formal, meski tetap putih abu-abu tapi gayanya seperti seragam di jepang jadinya gue merasa jadi cosplay sepanjang hari. Sepanjang lorong banyak cewek yang tersenyum dan menyapa gue, gue balas dengan senyuman dan anggukan. Bingung kok orang kaya gue bisa jalan sendiri? Gue punya genk kok, cuma mereka beda kelas sama gue semenjak naik kelas XII tapi gue tetap setia sama mereka bertiga jadinya gue tetap memilih bergerombol dengan mereka kemana pun.

Terlihat 3 temen gue itu baru keluar juga dari kelas mereka, kami tos persahabatan dan saling rangkul ketika keluar sekolah.

Tatapan gue langsung tertuju pada kerumunan di dekat pagar, ada apa? Sepertinya terjadi sesuatu yang heboh.

“Nisa, ini aku Yuda teman SD kamu sekaligus tetangga kamu dulu,” ucap seorang pemuda bermata besar khas Indonesia, berkulit pucat dan bertubuh mungil, bukan cebol ya… kisaran 160 cm lah tingginya, kaca mata tebal dan rambut belah tengah. Seragamnya terlihat lucu karena kebesaran dan kepanjangan. Dia terlihat imut khas Indonesia.

“Sorry gue kayanya gak pernah punya teman cupu kaya lo!” balas Nisa, dia anak kelas XI yang baru naik daun namun songongnya tiada tara.

“Tapi Nis… aku jauh-jauh datang dari Solo cuma buat nyusul kamu,” kata Yuda memelas.

Byuuurr~

Nisa mengguyur kepala Yuda dengan minuman kaleng yang dia pegang dari tadi, “Opps… guys, pantes gak sih si cupu ini bersanding dengan putri sekolah kaya gue?” teriak Nisa bangga.

“GAAAK!” teriak anak-anak yang bergerombol spontan. Gue gerah, gak tahan melihat tindakan bully macam ini. Gue berjalan menerobos kerumunan, terlihat 3 temen gue kebingungan.

“He’s mine… liat aja, lo akan menyesali kejadian hari ini, kelak,” kata gue dingin menarik kerah baju Yuda dari belakang dan menutupi kepalanya yang basah dengan jas gue. Nisa menatap gue terpesona.

Gue membawa Yuda ke lantai sekolah yang lebih tinggi agar semua orang melihat, “Guys… mulai hari ini, bocah ini masuk genk gue!” teriak gue keras. Semua orang cengok dan protes, termasuk 3 teman gue.

“Gila lo Raf…” protes Dany. Ikbal dan Fadly geleng-geleng gak percaya.

“Gak usah khawatir, anak ini ganteng kali… lo pada aja gak sadar. Dan buat lo semua, kalian akan menyesali penghinaan kalian hari ini terhadap Yuda… karena dia akan… jadi popular.”

-0-0-0-

“Mau style rambut yang seperti apa mas?” tanya tukang salon kepada Yuda.

Yuda memalingkan tubuh, menatap gue dan ketiga teman gue, “Kak, kurasa ini tidak perlu,” katanya.

“Razored crop hairstyle aja mbak,” kata gue cuek tanpa mengubris protes Yuda. Dia akan terlihat cantik dengan style rambut seperti Kim Jaejoongnya JYJ.

Tidak sampai 5 menit teman-teman gue merasa bosan dan memutuskan berjalan keliling mall, ya kami berada di salon mall. Sedangkan gue dengan setia seperti pacar yang menunggu pacarnya yang lagi nyalon. Yuda adalah cowok yang sangat polos menurut gue, dia terlalu kampungan. Justru kepolosannya yang bikin gue semakin geregetan, gue emang suka sesama jenis terutama type cowok innocent seperti Yuda.

“Setelah lo cakep, bikin Nisa kelepek-kelepek dan tolak dia mentah-mentah biar dia malu,” kata gue ketus.

“Aku gak bisa Kak Raffa, aku cinta dia.”

Gue memicingkan mata dan mendengus kesal, “Sudah jelas kalau lo suka sama orang yang salah. Jangan terjebak dengan masa lalu, dia gak seperti yang lo harapin.”

Terlihat kecemasan dari wajahnya, dia menggigit bibir merahnya itu pelan, benar-benar bikin gue pengen melahap tuh bibir cherry. Gue duduk di kursi sampingnya, menatap dia yang sedang dicukur dari samping. Dia seperti Lee Hye Sung versi Indonesia, mungil, imut, polos.

“Sudah selesai…” kata tukang salon tadi. Gue bangkit dan bayar ke kasir sedangkan Yuda merapikan diri.

“Ayo jalan…” kata gue yang mendahului dia. Gue nyangkut di Japanesse shop langganan gue, gue lebih suka style jepang karena lebih terlihat cool, gue cari pakaian yang simple dan senada dengan jenis rambutnya. Gue suruh dia ganti pakaian berkali-kali dan berpose di hadapan gue, terlihat wajahnya risih tapi gue cuma menyengir. Kurang-lebih 20 pasang pakaian dan sepatu yang gue belikan buat dia yang pas banget lah buat karakter dia yang fresh, setelah itu gue bayar ke kasir.

Terlihat Yuda yang kerepotan membawa belanjaan segitu banyak menarik ujung seragam gue, “Kenapa?” tanya gue bingung.

“Ini semua terlalu berlebihan buatku…” dia mengerutkan kening.

“Terlalu berat ya? Tinggal aja dulu di sini, nanti setelah kita selesai berkeliling kita ambil lagi,” kata gue sambil menitipkan pakaian.

“Bukan begitu…” tambahnya. “Semua ini mahal-mahal, aku tidak layak mendapatkannya.”

“Lo bagian dari hidup gue sekarang jadi lo gak boleh ngelak,” kata gue sambil narik lengan mungilnya.

-0-0-0-0-

“Jadi lo anak baru di kelas XI? Hmmm..” gumam gue sambil memakan ayam goreng. Kami mampir ke Texas Chicken buat makan siang itu.

“Iya… ternyata Nisa sudah sangat berubah…” katanya sambil menyunyah dengan tidak semangat.

Gue menjitak pelan kepalanya, “Lupain dia. Ada orang yang lebih care sama lo, sayang lo dan gak akan ngerendahin lo.”

Dia menjilati jari-jarinya yang bekas sambel, bikin gue iri sama tuh sambel keenakan banget dijilat sama Yuda, “Rasanya mau pulang kampung saja, tujuanku sudah gak ada di Jakarta…”

“Kan ada gue dan temen-temen gue. Yakin lah, lo bakalan hidup enak asal selalu di samping gue.”

“Entahlah… Terimakasih, kakak sudah terlalu baik, padahal siapa aku. Aku cuma cowok cupu, keluarga bukan..”

Gue menghela nafas panjang, “Harus berapa kali sih gue bilang kalau lo sudah termasuk bagian dari hidup gue, ngerti? Gak usah segan. Kita keluarga.”

Dia tersenyum ceria akhirnya, gue semakin dag dig dug der deh, terus gue acak-acak rambutnya dengan lembut, “Ayo cari cuci mulut…” kata gue.


-0-0-0-0-

Gue belikan ice cream rasa melon buat dia dan gue sendiri orange, dia mulai ceria dan terbuka sama gue. Cuma dalam hitungan jam kita sudah sangat akrab. Memakan ice cream sambil berbicara membuat mulutnya belepotan, waah ada kesempatan.

Lorong cukup sepi di dekat bioskop waktu itu jadi gue dorong tubuhnya ke dinding, “Ada apa?” tanyanya bingung.

Gue dekatin muka, terasa nafasnya menerpa dagu gue, gue seka bibir mungilnya dengan jempol gue dan gue jilat jempol gue, “Ada ice cream belepotan,” kata gue kemudian menjaga jarak karena ada orang yang lewat. Ah gagal cium si Yuda.

Gue lihat mukanya memerah dan menunduk gara-gara hal barusan, polos amat. Saat jalan sepi gue gandeng tangannya namun kalau berpapasan dengan orang gue lepas, malu aja kali cowok gandengan tangan adalah hal tabu.

Style beres, urusan perut beres, setelah mengambil belanjaan gue dan teman-teman janjian ketemuan di parkiran dan mengantar Yuda pulang kerumahnya. Sebelumnya gue sudah kentongin nomer HPnya jadi gue bisa hubungi dia 24 nonstop haha…

-keesokan harinya-

Mobil gue berhenti melaju di parkiran sekolah, gue dan Yuda membuka pintu mobil, kaca mata hitam kami lepaskan sehingga sukses membuat para wanita dan pria homo menjerit detik itu juga. 3 teman gue menyusul dari mobil yang berbeda, kami berjalan berlima mengitari sekolahan, sekedar lewat bukanlah tebar pesona tapi yaa pesona genk gue gak bisa dipungkiri banyak wanita yang pingsan saat kami menyunggingkan senyuman termanis yang kami punya.

Yuda yang ceria menambah warna baru kehidupan gue, dia bercerita kadang tertawa sehingga banyak orang yang terperangah, tidak ada yang mengenali siapa Yuda.

“Yu-Yuda…” kata Nisa dengan mata berbinar-binar dari jarak yang cukup jauh. Dengan bodohnya Yuda mau mendatangi wanita itu namun gue cegah dengan menggenggam lengannya. Gue berdiri tepat di hadapan Nisa.

“Minggir, mengganggu jalan..” kata gue datar.

“Itu Yuda kan? Yaampun aku baru ingat kamu Yuda yang mana, si imut ganteng itu ya…”

Gue dekatin wajah dengan Nisa sehingga hidung kami bersentuhan, “Gak tau malu…” desis gue pelan. Dia langsung membatu.

Telihat Yuda begitu ingin dekat dengan Nisa yang berubah 180 derajat itu. Dasar cewek, makanya gue muak.

Gue tetap berjalan nyeret Yuda, terlihat dia berusaha memberontak gue gak juga melepas tangannya hingga dia nekat gigit tangan gue dan berlari.

Gue mendengus kesal, anak itu benar-benar bodoh. Dia tidak sadar juga.

“Dia beda prinsip sama kita Raf,” kata Fadly nepuk pundak gue. Gue cuma memutar bola mata karena kesal.

“Raffa… Raffa!” seorang cewek teriak depan gue, “Yuda nyatain cinta lagi sama Nisa!” kata cewek itu panik.

“Terus?”

“Masalahnya ada cowok Nisa yang berandalan dari XII IPS 3 itu dan dia mukulin Yuda!”

Dengan cepat gue dan tiga teman gue berlari mencari Yuda, gue lihat Yuda sampai terjerembab ke dalam kolam sekaligus air mancur sekolah.

“Habisin!” teriak gue sama 3 teman gue, dengan sigap mereka menyerang 3 berandal nakal yang mengeroyok Yuda. Sedangkan gue berlari mendekati Yuda, gue selimutin dengan jas kemudian gue rangkul.

Wajahnya penuh lebam, gue bawa dia ke UKS.

“Bodoh banget sih lo, gak juga dengarin gue.”

“Maaf kak…” katanya lemas. Gue gak tega kalau lihat dia lesu begitu. UKS saat itu cuma ada gue dan Yuda sedangkan petugas hanya memberikan arahan setelah itu pergi.

Dia terbaring kaku di atas kasur putih sedangkan gue duduk di sisi kasur mengkompres wajah lebamnya, “Jangan ulangi lagi…”

Dia mengangguk, “Benar kata kakak, aku tidak pantas buat cewek kaya dia.”

Gue hanya diam gak menjawab, terus menatap wajahnya begitu pun dia menatap gue. Gue elus pipinya dengan lembut, “Lo terlalu berharga jika harus dijerumuskan bersama cewek itu…” kata gue lembut.

Dia mengangguk innocent. Gue sudah gak tahan, waktunya gue ungkapin perasaan gue.

“Gue…”

“Aku…”

Kami berdua berbicara disaat yang bersamaan, “Mau bilang apa lo?” tanya gue.

Dia terlihat menggigit bibir bawah dan sedikit ragu, “Kakak saja dulu…”

Gue memantabkan hati, menarik nafas panjang. Ini berat, menyatakan cinta dengan seseorang yang sudah jelas normal gue harus lapang dada, harus siap jika dia nanti menolak, harus siap jika nanti dia benci dan jijik sama gue tapi bagaimana pun gue harus berani, “Yuda, sebenernya gue jatuh cinta sama lo saat pertama kali gue lihat lo…” kata gue sambil menggenggam tangan hangatnya.

Dia shock, wajahnya memerah dan bibirnya terbuka lebar, “Gue pengen lo jadi pacar gue… gue akan jaga lo dan selalu ada di samping lo terutama saat lo butuh gue.”

Yuda tersenyum lebar, bangkit kemudian memeluk gue erat, “Itu juga yang mau aku katakan kak, aku juga cinta kakak. Aku sadar kakak yang paling berarti buat aku.”

Aku mendorong bahunya pelan, menatap tidak percaya. Ternyata dia merasakan hal yang sama dengan gue. Gue tarik pinggangnya merapat kemudian mengecup bibir ranumnya sedangkan tangan gue menekan tengkuk dan pinggangnya.

Wajahnya sangat memerah, “Emmmhhh… kak… uuh…” desahnya pelan sambil meremas bahu gue.

Gue rebahkan tubuhnya ke kasur, menciumi wajah manisnya kemudian menciumi lehernya, dia menggeliat geli dan meremas bahu gue. Gue gigit lehernya pelan, “Aaah… aaakkhhh… eunghhh uuh” desahnya saat lidah gue menari lincah di lehernya, mencumbunya sudah gue nanti-nantikan. Gue masukkan tangan ke dalam seragamnya dan mengelus perutnya, terlihat dia begitu menikmati sentuhan gue. Tangan gue turun ke penisnya namun dia shock dan menahan gue, “Cu-cukup kak uh…”

Gue sadar barusan lepas kendali, gue kecup pipinya sebagai pengganti kata maaf.

“Thanks sudah terima cinta gue…” kata gue sambil mengecup keningnya dengan lembut. Dia membalas dengan senyuman.

“Sama-sama kak, aku cinta kakak…”


END

NP: maaf lama gak nulis cerita soalnya istriku icha lagi kabur jadinya terhambat, ini aja cerita hasil kerja yanz sendiri makanya datar-datar aja… tapi aku tetap berharap semoga cerita ini cukup menghibur. Tolong komentarnya ya, karena komentar kalian adalah semangat buat yanz agar tetap berkarya.

ADD FB YANZ: http://m.facebook.com/daniel.yanuar4/ inbox fb aku kalau ada keperluan, ngirim pesan atau apa maka aku akan berusaha balas cepat jika penting.