Aku Akan Selalu di Sampingmu
By Yanz
Genre: romance drama
Rate: Teen
Siang yang panas, jam menunjukkan pukul 2 siang. Gue keluar
kelas sambil menyeka keringat pelan. Nama gue Raffael atau biasa dipanggil
Raffa ini adalah seorang cowok paling popular di sekolah yang duduk di kelas
XII. Kalian mungkin bingung kok rambut anak sekolahan kaya gue boleh pirang? Ya
karena keluarga gue donator terbanyak di sekolah elit ini jadi peraturan gak
berlaku buat gue. Badan gue tinggi, kulit pucat, wajah blasteran soalnya nyokap
gue dari Australia sedangkan bokap gue asli pribumi.
Harta dan kesempurnaan yang gue miliki gak bikin gue lupa
diri kok. Gue tetap berusaha menghargai orang yang gak seberuntung gue, kalau
gue suka mereka mungkin gue bisa bantu.
Gue berjalan mengitari lorong kelas, melepas jas gue dan
meletakkannya ke bahu. Sekolah gue bergaya jepang abis, seragamnya formal,
meski tetap putih abu-abu tapi gayanya seperti seragam di jepang jadinya gue
merasa jadi cosplay sepanjang hari. Sepanjang lorong banyak cewek yang
tersenyum dan menyapa gue, gue balas dengan senyuman dan anggukan. Bingung kok
orang kaya gue bisa jalan sendiri? Gue punya genk kok, cuma mereka beda kelas
sama gue semenjak naik kelas XII tapi gue tetap setia sama mereka bertiga
jadinya gue tetap memilih bergerombol dengan mereka kemana pun.
Terlihat 3 temen gue itu baru keluar juga dari kelas mereka,
kami tos persahabatan dan saling rangkul ketika keluar sekolah.
Tatapan gue langsung tertuju pada kerumunan di dekat pagar,
ada apa? Sepertinya terjadi sesuatu yang heboh.
“Nisa, ini aku Yuda teman SD kamu sekaligus tetangga kamu
dulu,” ucap seorang pemuda bermata besar khas Indonesia, berkulit pucat dan
bertubuh mungil, bukan cebol ya… kisaran 160 cm lah tingginya, kaca mata tebal
dan rambut belah tengah. Seragamnya terlihat lucu karena kebesaran dan
kepanjangan. Dia terlihat imut khas Indonesia.
“Sorry gue kayanya gak pernah punya teman cupu kaya lo!”
balas Nisa, dia anak kelas XI yang baru naik daun namun songongnya tiada tara.
“Tapi Nis… aku jauh-jauh datang dari Solo cuma buat nyusul
kamu,” kata Yuda memelas.
Byuuurr~
Nisa mengguyur kepala Yuda dengan minuman kaleng yang dia
pegang dari tadi, “Opps… guys, pantes gak sih si cupu ini bersanding dengan putri
sekolah kaya gue?” teriak Nisa bangga.
“GAAAK!” teriak anak-anak yang bergerombol spontan. Gue
gerah, gak tahan melihat tindakan bully macam ini. Gue berjalan menerobos
kerumunan, terlihat 3 temen gue kebingungan.
“He’s mine… liat aja, lo akan menyesali kejadian hari ini,
kelak,” kata gue dingin menarik kerah baju Yuda dari belakang dan menutupi
kepalanya yang basah dengan jas gue. Nisa menatap gue terpesona.
Gue membawa Yuda ke lantai sekolah yang lebih tinggi agar
semua orang melihat, “Guys… mulai hari ini, bocah ini masuk genk gue!” teriak
gue keras. Semua orang cengok dan protes, termasuk 3 teman gue.
“Gila lo Raf…” protes Dany. Ikbal dan Fadly geleng-geleng
gak percaya.
“Gak usah khawatir, anak ini ganteng kali… lo pada aja gak
sadar. Dan buat lo semua, kalian akan menyesali penghinaan kalian hari ini
terhadap Yuda… karena dia akan… jadi popular.”
-0-0-0-
“Mau style rambut yang seperti apa mas?” tanya tukang salon
kepada Yuda.
Yuda memalingkan tubuh, menatap gue dan ketiga teman gue,
“Kak, kurasa ini tidak perlu,” katanya.
“Razored crop hairstyle aja mbak,” kata gue cuek tanpa
mengubris protes Yuda. Dia akan terlihat cantik dengan style rambut seperti Kim
Jaejoongnya JYJ.
Tidak sampai 5 menit teman-teman gue merasa bosan dan
memutuskan berjalan keliling mall, ya kami berada di salon mall. Sedangkan gue
dengan setia seperti pacar yang menunggu pacarnya yang lagi nyalon. Yuda adalah
cowok yang sangat polos menurut gue, dia terlalu kampungan. Justru kepolosannya
yang bikin gue semakin geregetan, gue emang suka sesama jenis terutama type
cowok innocent seperti Yuda.
“Setelah lo cakep, bikin Nisa kelepek-kelepek dan tolak dia
mentah-mentah biar dia malu,” kata gue ketus.
“Aku gak bisa Kak Raffa, aku cinta dia.”
Gue memicingkan mata dan mendengus kesal, “Sudah jelas kalau
lo suka sama orang yang salah. Jangan terjebak dengan masa lalu, dia gak
seperti yang lo harapin.”
Terlihat kecemasan dari wajahnya, dia menggigit bibir
merahnya itu pelan, benar-benar bikin gue pengen melahap tuh bibir cherry. Gue
duduk di kursi sampingnya, menatap dia yang sedang dicukur dari samping. Dia
seperti Lee Hye Sung versi Indonesia, mungil, imut, polos.
“Sudah selesai…” kata tukang salon tadi. Gue bangkit dan
bayar ke kasir sedangkan Yuda merapikan diri.
“Ayo jalan…” kata gue yang mendahului dia. Gue nyangkut di
Japanesse shop langganan gue, gue lebih suka style jepang karena lebih terlihat
cool, gue cari pakaian yang simple dan senada dengan jenis rambutnya. Gue suruh
dia ganti pakaian berkali-kali dan berpose di hadapan gue, terlihat wajahnya
risih tapi gue cuma menyengir. Kurang-lebih 20 pasang pakaian dan sepatu yang
gue belikan buat dia yang pas banget lah buat karakter dia yang fresh, setelah
itu gue bayar ke kasir.
Terlihat Yuda yang kerepotan membawa belanjaan segitu banyak
menarik ujung seragam gue, “Kenapa?” tanya gue bingung.
“Ini semua terlalu berlebihan buatku…” dia mengerutkan
kening.
“Terlalu berat ya? Tinggal aja dulu di sini, nanti setelah
kita selesai berkeliling kita ambil lagi,” kata gue sambil menitipkan pakaian.
“Bukan begitu…” tambahnya. “Semua ini mahal-mahal, aku tidak
layak mendapatkannya.”
“Lo bagian dari hidup gue sekarang jadi lo gak boleh ngelak,”
kata gue sambil narik lengan mungilnya.
-0-0-0-0-
“Jadi lo anak baru di kelas XI? Hmmm..” gumam gue sambil
memakan ayam goreng. Kami mampir ke Texas Chicken buat makan siang itu.
“Iya… ternyata Nisa sudah sangat berubah…” katanya sambil
menyunyah dengan tidak semangat.
Gue menjitak pelan kepalanya, “Lupain dia. Ada orang yang
lebih care sama lo, sayang lo dan gak akan ngerendahin lo.”
Dia menjilati jari-jarinya yang bekas sambel, bikin gue iri
sama tuh sambel keenakan banget dijilat sama Yuda, “Rasanya mau pulang kampung
saja, tujuanku sudah gak ada di Jakarta…”
“Kan ada gue dan temen-temen gue. Yakin lah, lo bakalan
hidup enak asal selalu di samping gue.”
“Entahlah… Terimakasih, kakak sudah terlalu baik, padahal
siapa aku. Aku cuma cowok cupu, keluarga bukan..”
Gue menghela nafas panjang, “Harus berapa kali sih gue
bilang kalau lo sudah termasuk bagian dari hidup gue, ngerti? Gak usah segan.
Kita keluarga.”
Dia tersenyum ceria akhirnya, gue semakin dag dig dug der
deh, terus gue acak-acak rambutnya dengan lembut, “Ayo cari cuci mulut…” kata
gue.
-0-0-0-0-
Gue belikan ice cream rasa melon buat dia dan gue sendiri
orange, dia mulai ceria dan terbuka sama gue. Cuma dalam hitungan jam kita
sudah sangat akrab. Memakan ice cream sambil berbicara membuat mulutnya
belepotan, waah ada kesempatan.
Lorong cukup sepi di dekat bioskop waktu itu jadi gue dorong
tubuhnya ke dinding, “Ada apa?” tanyanya bingung.
Gue dekatin muka, terasa nafasnya menerpa dagu gue, gue seka
bibir mungilnya dengan jempol gue dan gue jilat jempol gue, “Ada ice cream
belepotan,” kata gue kemudian menjaga jarak karena ada orang yang lewat. Ah
gagal cium si Yuda.
Gue lihat mukanya memerah dan menunduk gara-gara hal
barusan, polos amat. Saat jalan sepi gue gandeng tangannya namun kalau
berpapasan dengan orang gue lepas, malu aja kali cowok gandengan tangan adalah
hal tabu.
Style beres, urusan perut beres, setelah mengambil belanjaan
gue dan teman-teman janjian ketemuan di parkiran dan mengantar Yuda pulang kerumahnya.
Sebelumnya gue sudah kentongin nomer HPnya jadi gue bisa hubungi dia 24 nonstop
haha…
-keesokan harinya-
Mobil gue berhenti melaju di parkiran sekolah, gue dan Yuda
membuka pintu mobil, kaca mata hitam kami lepaskan sehingga sukses membuat para
wanita dan pria homo menjerit detik itu juga. 3 teman gue menyusul dari mobil
yang berbeda, kami berjalan berlima mengitari sekolahan, sekedar lewat bukanlah
tebar pesona tapi yaa pesona genk gue gak bisa dipungkiri banyak wanita yang
pingsan saat kami menyunggingkan senyuman termanis yang kami punya.
Yuda yang ceria menambah warna baru kehidupan gue, dia
bercerita kadang tertawa sehingga banyak orang yang terperangah, tidak ada yang
mengenali siapa Yuda.
“Yu-Yuda…” kata Nisa dengan mata berbinar-binar dari jarak
yang cukup jauh. Dengan bodohnya Yuda mau mendatangi wanita itu namun gue cegah
dengan menggenggam lengannya. Gue berdiri tepat di hadapan Nisa.
“Minggir, mengganggu jalan..” kata gue datar.
“Itu Yuda kan? Yaampun aku baru ingat kamu Yuda yang mana,
si imut ganteng itu ya…”
Gue dekatin wajah dengan Nisa sehingga hidung kami
bersentuhan, “Gak tau malu…” desis gue pelan. Dia langsung membatu.
Telihat Yuda begitu ingin dekat dengan Nisa yang berubah 180
derajat itu. Dasar cewek, makanya gue muak.
Gue tetap berjalan nyeret Yuda, terlihat dia berusaha
memberontak gue gak juga melepas tangannya hingga dia nekat gigit tangan gue
dan berlari.
Gue mendengus kesal, anak itu benar-benar bodoh. Dia tidak
sadar juga.
“Dia beda prinsip sama kita Raf,” kata Fadly nepuk pundak
gue. Gue cuma memutar bola mata karena kesal.
“Raffa… Raffa!” seorang cewek teriak depan gue, “Yuda
nyatain cinta lagi sama Nisa!” kata cewek itu panik.
“Terus?”
“Masalahnya ada cowok Nisa yang berandalan dari XII IPS 3
itu dan dia mukulin Yuda!”
Dengan cepat gue dan tiga teman gue berlari mencari Yuda,
gue lihat Yuda sampai terjerembab ke dalam kolam sekaligus air mancur sekolah.
“Habisin!” teriak gue sama 3 teman gue, dengan sigap mereka
menyerang 3 berandal nakal yang mengeroyok Yuda. Sedangkan gue berlari
mendekati Yuda, gue selimutin dengan jas kemudian gue rangkul.
Wajahnya penuh lebam, gue bawa dia ke UKS.
“Bodoh banget sih lo, gak juga dengarin gue.”
“Maaf kak…” katanya lemas. Gue gak tega kalau lihat dia lesu
begitu. UKS saat itu cuma ada gue dan Yuda sedangkan petugas hanya memberikan
arahan setelah itu pergi.
Dia terbaring kaku di atas kasur putih sedangkan gue duduk
di sisi kasur mengkompres wajah lebamnya, “Jangan ulangi lagi…”
Dia mengangguk, “Benar kata kakak, aku tidak pantas buat
cewek kaya dia.”
Gue hanya diam gak menjawab, terus menatap wajahnya begitu
pun dia menatap gue. Gue elus pipinya dengan lembut, “Lo terlalu berharga jika
harus dijerumuskan bersama cewek itu…” kata gue lembut.
Dia mengangguk innocent. Gue sudah gak tahan, waktunya gue
ungkapin perasaan gue.
“Gue…”
“Aku…”
Kami berdua berbicara disaat yang bersamaan, “Mau bilang apa
lo?” tanya gue.
Dia terlihat menggigit bibir bawah dan sedikit ragu, “Kakak
saja dulu…”
Gue memantabkan hati, menarik nafas panjang. Ini berat,
menyatakan cinta dengan seseorang yang sudah jelas normal gue harus lapang
dada, harus siap jika dia nanti menolak, harus siap jika nanti dia benci dan
jijik sama gue tapi bagaimana pun gue harus berani, “Yuda, sebenernya gue jatuh
cinta sama lo saat pertama kali gue lihat lo…” kata gue sambil menggenggam
tangan hangatnya.
Dia shock, wajahnya memerah dan bibirnya terbuka lebar, “Gue
pengen lo jadi pacar gue… gue akan jaga lo dan selalu ada di samping lo
terutama saat lo butuh gue.”
Yuda tersenyum lebar, bangkit kemudian memeluk gue erat,
“Itu juga yang mau aku katakan kak, aku juga cinta kakak. Aku sadar kakak yang
paling berarti buat aku.”
Aku mendorong bahunya pelan, menatap tidak percaya. Ternyata
dia merasakan hal yang sama dengan gue. Gue tarik pinggangnya merapat kemudian
mengecup bibir ranumnya sedangkan tangan gue menekan tengkuk dan pinggangnya.
Wajahnya sangat memerah, “Emmmhhh… kak… uuh…” desahnya pelan
sambil meremas bahu gue.
Gue rebahkan tubuhnya ke kasur, menciumi wajah manisnya
kemudian menciumi lehernya, dia menggeliat geli dan meremas bahu gue. Gue gigit
lehernya pelan, “Aaah… aaakkhhh… eunghhh uuh” desahnya saat lidah gue menari
lincah di lehernya, mencumbunya sudah gue nanti-nantikan. Gue masukkan tangan
ke dalam seragamnya dan mengelus perutnya, terlihat dia begitu menikmati
sentuhan gue. Tangan gue turun ke penisnya namun dia shock dan menahan gue,
“Cu-cukup kak uh…”
Gue sadar barusan lepas kendali, gue kecup pipinya sebagai
pengganti kata maaf.
“Thanks sudah terima cinta gue…” kata gue sambil mengecup
keningnya dengan lembut. Dia membalas dengan senyuman.
“Sama-sama kak, aku cinta kakak…”
END
NP: maaf lama gak nulis cerita soalnya istriku icha lagi
kabur jadinya terhambat, ini aja cerita hasil kerja yanz sendiri makanya
datar-datar aja… tapi aku tetap berharap semoga cerita ini cukup menghibur.
Tolong komentarnya ya, karena komentar kalian adalah semangat buat yanz agar
tetap berkarya.
ADD FB YANZ: http://m.facebook.com/daniel.yanuar4/
inbox fb aku kalau ada keperluan, ngirim pesan atau apa maka aku akan berusaha
balas cepat jika penting.