Akan Indah pada Waktunya
By: Yanz
*Yanz POV*
PUUK!!!
“Aaakh… cukup! Kesabaranku sudah habis, dari tadi aku sudah
sabar kau main drum di saat aku belajar dan sekarang kau melempar stik drummu
ke kepalaku, kau cari mati hah?” teriakku sekuat tenaga padamu.
“Balikin sini stik gue!!!!!” katamu ketus. Aku menatap
sangar, kugigit rahangku dengan keras hingga rahangku menegas dan tubuhku
bergetar karena emosi tertahan sudah mau meledak. Kupatahkan stik itu dengan
penuh emosi dan melemparkan ke wajahmu sekuat tenaga.
“Makan tuh! Puas lo!” teriakku geram dan mendeath glare-mu.
Kau menggerang dan menerjangku kekasur, kita bergulat, aku
hanya menangkis seranganmu dan menahan diriku agar tidak melawan tindakanmu…
ingin rasanya kubunuh kau detik itu juga andai kau bukan kakak kembarku Daniel!
Kita tercipta sebagai kembar identik, sama-sama memiliki tubuh langsing tinggi,
kulit putih, wajah oriental nan cute, namun kepribadian yang jauh berbeda, aku heran
kenapa begitu..
Selama ini aku berusaha menyayangimu layaknya sodara
kembarku hanya saja kau tidak pernah menunjukkan rasa sayangmu padaku. Ingin
rasanya aku berfoto bersamamu terus mengoploadnya ke jejaring social dan
memamerkanmu, “Hei guys, aku punya kembaran… mirip sekali kan?” atau pun berjalan ke mall bersamamu
menghabiskan waktu tapi sayang sekali kau tidak pernah sudi melakukannya foto
terakhir kita hanya di saat TK dulu. Bahkan kau tidak mau ada yang tau bahwa
kita kembar, kau memilih sekolah yang berbeda dariku semenjak SD, sekolah yang
sekiranya jauh dari jangkauanku kau rela menempuh perjalanan jauh demi berpisah
denganku, setiap kali temanku datang kau pasti bersembunyi kau tak mau
menampakan dirimu karena kau tak mau ada yang tau kita kembar, bagaimana dengan
temanmu? Sayangnya kau tak memiliki satu teman dekat pun, haha kesian.
Aku tau persis kebencianmu kepadaku tercipta saat bangku TK
dan sekarang sudah kuliah pun kau masih kekeuh pada pendirianmu, yaitu
membenciku. Saat TK dulu, aku sudah menunjukkan kesupelanku, aku selalu
berusaha ramah, menebar senyum dan tak memilih teman sehingga siapapun ingin
dekat denganku. Sedangkan kau? Kau selalu merengut, nada bicara tinggi, ketus
dan bicara hanya sedikit itu pun isinya selalu makian. Kau kesal, kita kembar
identik tapi kenapa hanya aku yang dikerubuti teman-teman di TK? Sedangkan kau
hanya bermain di ayunan sendirian menatapku yang berlari-lari dengan puluhan
teman di taman, kau menatapku dengan mata sedihmu.
Bagimu aku tak lebih dari seseorang yang hanya cari muka dan
cari perhatian, kau sangat marah dengan apapun yang aku miliki hingga kau
mendorongku di toilet sekolah. Saat itu banyak saksi yang melihat tindakan
kekerasanmu yang membuat orang-orang kasiahan denganku dan semakin
memojokkanmu, mengacalah wahai Daniel kau layak mendapatkannya bukan?
Semenjak SMA kita sudah memiliki style masing-masing agar
kita tak identik lagi. Kau lebih suka dandanan emo yang sangat gothic, mengecat
rambutmu dengan warna hitam kebiruan, make up pucat dengan mata dihiasi
eyeliner yang lebih menonjolkan sisi gelapmu. Sedangkan aku lebih ceria, aku
suka Jepang maupun Korea sehingga aku mengecat rambutku dengan warna pirang
keemasan dengan model harajuku sehingga seperti ulzzang, namun aku masih memberikan
kesan cool+cute, teman-temanku bilang aku ini androgini, lihatlah tatapanku
sangat cool bukan. Aku suka menghabiskan waktuku dengan club costum player
(cosplayer) dan club cover dance, sehingga menambah banyak teman yang sehati
denganku. Sedangkan kau suka dengan music keras seperti screamo dan sebagainya,
bermain bass, drum ataupun berteriak-teriak di kamar sepanjang hari.
Aku selalu mengeluh pada mama bahwa aku terganggu dengan
hobimu yang memainkan alat musik berisik itu dalam kamar, ingin aku punya kamar
pribadi namun mama melarang keras. “Yanz. Kalian sudah sangat jarang bertemu,
paling tidak kamar lah yang menjadi penyatu kalian,” itu saja yang diucapkan
mama. Membuatku menghela nafas pasrah.
Seperti halnya di awal kami sedang bergulat di atas kasur,
ini bukan sekedar main-main antara sodara namun kau benar-benar bernafsu
membunuhku. Kau melayangkan tinju kesana kemari yang selalu berhasil aku tahan,
aku pun berhasil menindihmu. Kududuki perutmu dan menahan tanganmu di atas
kepala, persis sama disaat aku meniduri para bottomku. Well… aku seorang bisex
dan aku seorang top, aku suka memadu kasih dengan cowok-cowok bishie atau cute
boy yang biasanya anak-anak SMP atau pun yang seumuran denganku, yang masih
memiliki sisi polos.
Kau menggerang dan berusaha memberontak namun kau tidak
mampu melawan otot-otot tanganku yang kokoh hasil fitnes ini, ide jahil malah
terbesit dalam fikiranku. Tanpa perduli kau sodaraku, aku mendekatkan wajah ke
lehermu dan…
Take me by the tongue
And I’ll know you
Kiss me till you’re drunk
And I’ll show you all
The move like jagger
I’ve got the moves like jagger
I’ve got the moves like jagger
Sayang sekali HPku berbunyi, aku mengurungkan niat untuk
‘memakanmu’ wahai Niel. Aku keluar dengan membawa HPku dan mengangkatnya.
“Ada apa, Dimas?” tanyaku kepada temanku Dimas yang sedang menelepon.
“Aku lagi ada masalah… aku mau curhat, boleh ya aku ke
rumahmu? Dimana alamatmu? Aku sangat butuh kamu sekarang!” ucapnya panik dari
sebrang sana.
Aku pun memberikan alamatku pada Dimas. Ah ya, ini adalah
Dimas sahabat baikku atau tepatnya seniorku di kampus. Kami saling kenal saat
moska dulu, dia adalah salah satu panitia yang sangat baik padaku hingga
akhirnya dia meminta nopeku, kami jadi sering smsan, teleponan atau pun jalan
bareng.
Walau pun umur persahabatan kami baru setengah tahun tapi
kami sudah sangat terbuka, dia mengaku kalau dia seorang gay dan memiliki BF
yang bernama Andika, dia selalu curhat tentang BFnya padaku. Aku pun
menceritakan bahwa aku seorang bisex tapi aku lebih serius sama cewek, sama
cowok aku cuma main-main. Ya walau kami sama-sama pecinta lelaki namun aku dan
Dimas tidak memiliki hubungan special, aku dan dia hanya bersahabat. Aku top
dan dia pun top mana cocok, seperti yang aku bilang aku sukanya brondong imut.
Kuakui dia tampan, rahangnya tegas, tubuhnya atletis namun gak segede ade ray
juga lah, maximal kaya model L-man lah, aku pernah mandi bareng dia di sauna
sehabis fitness, mantab perutnya kotak-kotak! Kapan aku punya seperti itu?
Apapun yang ada pada Dimas sangat menegaskan dia manly dan tampan namun dia bukan
typeku sehingga aku bisa menahan hasratku.
Dia sudah duduk di hadapanku di ruang tamu sekarang, dengan
wajah murung dia bercerita bahwa hubungannya dengan sang BF sudah diujung
tanduk. Aku hanya berusaha bilang sabar, namanya cinta terlarang ini jangan
dibawa serius kalau ujung-ujungnya bakal married sama cewek, bakal nyakitin
hati doang wahai kawanku.
Dia menunduk, menatap kakiku yang terekspose karena aku cuma
pakai boxer pendek dan kaos oblong.
“Kakimu bagus ya kaya para personil SNSD,” desisnya. Aku
tergelak tawa mendengarnya.
“Hahaha… SNSD mana ada yang buluan kaya aku!” teriakku
sambil terpingkal.
“Bulu apa hayoo?” godanya.
“Bulu apa aja boleh, kamu mau liat?” tanyaku gak kalah
menggoda.
“Hahaha… makanya dicukur dulu bulunya biar kaya SNSD!”
pintanya.
“Ogah! Hilang nanti kelelakianku!” ujarku sambil menjulurkan
lidah. Kebetulan saat itu kedua orang tuaku sedang tidak ada di rumah sehingga
aku dan Dimas bisa membahas apapun meski pun sangat intim. Terlihat di
sela-sela dinding muncul kepalamu walau sedikit. Aku memicingkan mata dan
berpikir apa yang kamu lakukan di sana? Tumben-tumben kamu menghintip.
Dimas akhirnya memutuskan pulang setelah dia merasa lega
menumpahkan isi hatinya padaku, aku pun tersenyum puas bisa menenangkan hati
sahabatku satu itu. Aku masuk kamar berniat mengambil laptop dan memainkannya
di ruang keluarga. Saat aku masuk kamar aku melihatmu yang menatapku sedikit
canggung dan ragu-ragu, aku berusaha cuek dan mengambil laptopku.
“He-hei!” panggilmu terbata.
Aku yang sudah di depan pintu pun menoleh, “Apaan?”
“Yang tadi itu siapa?” tanyamu dengan tatapan antusias.
Aku tersenyum menggoda, “Temenku di kampus, kenapa? Kau
tertarik?”
Wajahmu sedikit memerah, “Kau bicara apa sih! Mana mungkin
tertarik…”
“Kau gay ya?” tanyaku tanpa beban, awalnya aku cuma asal
ngomong tapi melihat ekspresi gugupmu mataku langsung membulat, hah apa benar
tebakanku bahwa kau gay? Yaampun, kenapa kita punya penyakit yang sama Niel? Ah
maaf, kasar sekali bahasaku, gay bukan penyakit kok jangan khawatir aku tak
akan memandangmu rendah jika memang perasaan itu tak bisa kau tolak. “Nyantai
aja sama aku Niel…” bujukku.
“Gue gak tau kenapa… rasanya hati gue kesetrum lihat temen
lo tadi… Yanz, dapetin dia demi gue dong! Please…”
Aku terperangah mendengarnya, “Yaudah, nanti aku kenalin
kamu sama Dimas, dia anaknya baik banget loh, dewasa ya pokoknya the best
lah… aku gak keberatan kalau kamu sama
dia,”
“Gak! Pokoknya gak boleh ada yang tau kita ini kembar,
apalagi dia. Lo, dapetin hati dia buat gue.. nanti setelah berhasil baru gue
yang jalanin…”
“Enak di kamu, Niel. Ogah… lagian dia sahabat aku, aku
canggung kalau pdkt segala walau dia juga gay…”
“Ayolah… masa lo tega sama kembaran lo ini?” katamu memelas.
Aku sedikit menimbang, mungkin hubungan kita bisa membaik jika aku berhasil
membahagiakanmu, Niel.
Tak lama kemudian aku mendapatkan HPku berbunyi, ternyata
Dimas. Aku mendengar suara seraknya di sana, sepertinya dia menangis? Dia
bercerita bahwa hubungannya dengan BFnya berakhir. Net not, kebetulan sekali,
lowongan untukmu sudah terbuka lebar, Niel.
Aku berusaha menabahkan Dimas, memberikan banyak kata-kata
bijak sebagai motivasi. Keperihan hatinya membuatku yakin bahwa Dimas adalah
pria yang tulus dan selalu serius dalam menjalani hubungan, tanpa basa basi aku
langsung menembaknya di telepon.
“Gak usah sedih Dim, masih ada aku di sini… aku siap jadi
pengganti Andika. Kamu kenal siapa aku kan? Selama ini kita nyaman-nyaman aja
kan? Jangan berlarut-larut dalam kesedihan…”
Terdengar Dimas berdehem dan membersihkan hidungnya yang
ingusan haha malang sekali kau kawan, “Aku gak yakin, Yanz… gak mungkin secepat
ini.”
Aku pun berusaha manja dan mulai memanggilnya ‘kakak’, “Kak,
apa kakak gak minat sama Yanz?” tanyaku sok manja, padahal aku ingin terpingkal
detik itu juga. Dapat kulihat Niel yang duduk di depanku mendengar obrolan kami
dengan seksama.
“Jujur, aku suka kamu Yanz.. tapi… akhh… aku gak bisa
jelasin… bisakah malam ini kau datang ke tempat kostku?” aku mengangkat alis,
tersenyum kemudian mengiyakan apa maunya.
Aku menatapmu sejenak. Walau kembar identik tapi kita sangat
berbeda, demi kebahagiaanmu aku mengiyakan scenario yang kamu rangkai walaupun
sangat merepotkan. Aku pun mengajakmu ke salon, mengubah gaya dan warna
rambutmu. Mengajariku mengobrol ala aku, aku yang santai, murah senyum, ramah
dan sopan walau pun kamu sangat kesulitan menghilangkan kebiasaan ‘gue-elo’
milikmu.
Sesuai rencana, kamu datang ke kost Dimas.. tangan dinginmu
menggegam tanganku dengan erat, dapat terlihat kamu sangat gugup malam itu. Aku
pun meninggalkanmu setelah mengantarmu di depan kost Dimas.
-0-0-0-
KRRIIIING!!
Jam wakerku berbunyi menandakan sudah jam 7 pagi, aku
menoleh ke kasur di sampingku. Hah, kamu belum pulang??? Apa kamu asik
indehoyan dengan Dimas tadi malam? Haha… aku tidak sabar mendengarkan ceritamu.
Kulihat kau muncul dari balik pintu, senyummu lebar dan
terlihat bahagia, aku pun girang melihatnya.
“Bagaimana?!!” tanyaku antusias.
“Kami jadian! Kayaknya…” katamu ragu.
“Kok kayaknya?”
“Dia bilang ‘kita jalani aja dulu’ saat gue tanya dia anggat
gue apa dia cuma bilang ‘secret’ huh…”
“Itu sudah ada kemajuan kali, ayo cerita ngapain aja tadi
malam?” tanyaku antusias, sumpah saat melihat kau bahagia aku pun ikut
berjingkrak, aku yang malam tadi putus dari cewekku pun akhirnya bisa melupakan
kesedihanku sejenak.
Kau pun mulai bercerita, katamu dia anak yang sangat asik,
dewasa, bikin nyaman dan hobi dia suka sekali menatap kakimu saat mengobrol…
kebiasaan Dimas tuh, saat bersamaku pun begitu. Pasti dia memuji kaki kita yang
sama ini seperti GB Korea haha. Kalian mengobrol hingga jam 1 malam, saat kamu
minta antar pulang dia malah menahanmu dan memelukmu sangat hangat, wajahmu
memerah saat itu karena bisa merasakan lekuk indah tubuh sexynya. Kamu pun
memutuskan menginap, kalian tidur di ranjang yang sama, saling tatap dan
berpegangan tangan. Dimas menciumi wajahmu sebelum tidur dan memelukmu
sepanjang malam, kau terlihat sangat gugup dan polos. Pagi harinya saat kau
izin pulang kau menemukan Dimas hanya dengan handuk kecil di pinggangnya karena
dia baru mandi, kau dapat melihat dada bidangnya dan tubuh sexynya saat itu. Wajahmu memerah. Dengan gugup kamu
minta izin dan Dimas memberikanmu ciuman yang sangat hot pagi itu. Aku
berjingkrak, demi apapun malam yang sangat so sweet buatmu Niel, setelah 20
tahun hidup dalam perang dingin akhirnya kita pun bisa curhat seakrab ini, ini
lah yang aku idam-idamkan di dalam hubungan yang namanya bersodara.
“Tapi gue kesel dia kayanya ragu sama gue,”
“Maklum lah, kan dia habis putus paling kamu dijadikan
pelarian..” kataku santai. Kau terperangah, matamu membesar dengan tatapan
kosong.
“Gue… pelarian?” lirihmu dengan air mata yang berlinang di
tatapan kosongmu. Astaga! Aku salah omong! Bodoh sekali aku, kenapa aku meluluh
lantakkan harapanmu? Aku panik, berusaha menyeka air matamu tapi sifat kasarmu
kembali kumat, kau menepis tanganku dengan kasar.
“Umm.. anu, ini cuma belum waktunya… tolong kamu sabar ,
semua perlu proses! Dimas baru saja sakit hati jadi dia…”
“GAK USAH BANYAK BACOT LO! Gue tuh cuma pelarian kan, gue
tuh gak berharga! Gue cuma tong sampah buatnya.”
Aku menghela nafas, aku berusaha meyakinkanmu kalau semua
tak semudah itu. Aku paham betul perasaan Dimas saat ini karena kehancuran
hatinya sama denganku yang juga baru putus dari pacarku yang niatnya akan aku
nikahi. Tapi kamu dengan kekeras kepalaanmu meraung-raung dan bilang akan
menyerah mendapatkan Dimas karena kamu tak mau mendapatkan posisi hina yang
namanya ‘pelampiasan’. Come on Niel, dengan berjalannya waktu selama kamu
pandai menata sikap pasti Dimas akan bertekuk lutut padamu! Tapi kenapa harus
menyerah secepat ini? Kau tidur di kasurmu, terisak dengan pedihnya. Sesakit
itu kah Niel perasaanmu? Aku berusaha mendekat, memelukmu dari belakang. Kuusap
dan kucium kepalamu, rasanya aku lah sang kakak sekarang? Kau itu rapuh Niel…
sangat rapuh, kau kasar hanya berusaha menutupi kerapuhanmu.
Aku tak mengerti bagaimana rasa sakitmu karena jika aku di
posisimu tentu aku akan bersabar dan tak akan semudah itu menyerah jika memang
cinta, astaga! Aku ingat sesuatu… aku pun ternyata sama denganmu, aku tidak
memperjuangkan cintaku dan sekarang aku menyerah.. barusan aku bilang jika aku
kamu aku tak akan menyerah, dengan gengsi dan ego yang kubuang aku kirim pesan
ke tunanganku. Kau menyadarkanku Niel, bahwa aku pun tak lebih baik darimu.
“Aku akan bujuk Dimas ya agar dia jangan menggantung
perasaanmu ya?” kataku berbisik lembut.
“GAK! Cuekin Dimas Yanz! Cuekin dia! Gue gak mau tau
pokoknya lo harus putus kontak sama dia biar dia kangen sama gue!” what the
hell, kau sangat menyebalkan Niel. Tanpa persetujuanmu aku pun mengirim pesan
ke Dimas, hah bebanku ada dua sekarang. Masalah percintaanku saja gak kelar
sekarang harus mengurus percintaan kembaranku. Aku bicarakan sebijak mungkin
dengan Dimas agar dia yakin aku bisa lebih baik dari mantannya bahwa mantannya
yang selingkuh itu gak pantas buat dikenang, semua harus move on gak bisa jalan
di tempat… aku yakin sekeras dan sengambekan apapun Niel dia punya cinta yang
tulus dan cuma sosok Dimas lah yang aku percayakan menjaga Daniel.
“Barusan aku sms Dimas dia ngajak jalan tuh entar malem…”
kataku padamu. Kau menonjokku dengan keras.
“LO TUH GAK BISA DIBILANGIN YA! GUE BILANG CUEKIN DIA!
BATALIN GAK JANJINYA!!!!”
Aku terjengkal di bawah ranjang, “Cinta itu perlu diperjuang
kan!!!!” teriakku penuh emosi.
“Harga diri gue gak mengizinkannya ngerti gak lo! Gue gak
mau dia nganggep gue cowok kegatelan!!”
“Tinggal bilang aja kalau kita orang yang beda apa
susahnya!”
“GAK SUDI!”
BRUUK! Untuk kali pertama aku melayangkan tinjuan ke
wajahmu.
“Mau sampai kapan lo sembunyikan identitas kita? Gue capek! Lo
cowok bukan sih? Apa salahnya cowok tuh agresif! Cewek agresif aja udah biasa
tapi lo tuh gengsinya terlalu besar! Mimpi lo buat dapetin Dimas kalau sifat lo
kaya gini! Terserah lo deh mau datang atau gak entar malem gue gak perduli,”
emosiku tanpa sadar memuncak, aku dapat melihatmu yang tersungkur di kasur
dengan linangan air mata.
-0-0-0-
Sial, malam ini aku janjian dengan tunangan+Dimas dalam
waktu yang bersamaan, ini semua gara-gara Niel. Dari pagi dia hanya meringkuk
di kamar bagaikan mayat hidup yang gak mau mandi, makan atau pun beraktivitas.
Aku nyerah ngehadapin kamu ini, apapun yang aku katakana gak akan di dengar, cuma
hati nuranimu yang bisa menasehatimu.
Aku memutuskan ketemuan dengan mereka di suatu tempat yang
memiliki café bersebrangan, di seberangnya aku dengan tunanganku sedangkan
sebrangnya aku dengan Dimas. Lihatlah, betapa lelahnya aku bolak-balik berlari
secepat yang aku bisa. ini sudah yang ke empat kalinya aku berlari, terlihat
semburat curiga di wajah Dimas.
Aku duduk di depan tunanganku sekarang, “Sesungguhnya aku
masih mencintaimu… semua begitu berat, berat rasanya jika kita harus mengakhiri
perjalanan kita sejauh ini begitu saja…” kataku lemas dan penuh penghayatan.
“Aku…” katanya.. namun aku potong.
“Tunggu sebentar! Aku mules!” teriakku sambil berlari.
“Mules terus! Ada apa sih!” aku pun berlari ke café seberang
ternyata tunanganku mengikuti.
Saat aku sampai di meja Dimas aku terperangah, “Niel kau
datang juga?” desisku saat menemukan si pirang keras kepala itu di bangku di
hadapan Dimas. Tunanganku pun berdiri di hadapanku, mereka berdua heran melihat
dua pemuda pirang dengan wujud yang sangat mirip. Kami diselimuti keheningan.
Aku berdehem, sebagai orang yang (sok) bijak, aku membuka
suara. Kujelaskan detilnya bahwa kami sebenarnya kembar dan lain lain.
“Sulit dipercaya… tapi, aku sudah curiga dengan perbedaan
ini…” kata Dimas.
Niel terdiam, wajahnya masih muram. “Jadi kesimpulannya
gimana nih Dimas?” tanyaku.
“Kembar identik, namun aku tau persis perbedaan kalian. Yanz
itu santai, asik, sosok sahabat yang aku idamkan. Sedangkan Niel, dia polos,
manis… bahasa tubuhnya yang salting membuatku merasa hatiku tergelitik akan
tingkahnya, dia sosok kekasih yang aku idamkan…”
“Jadi?” tanyaku antusian.
“Niel jadilah kekasihku…” ucap Dimas. Aku tersenyum lebar,
kau terpaku melihat Dimas dengan wajah memerah.
“Aku juga masih mencintaimu Yanz,” kata tunanganku/calon
istriku yang berdiri di samping. Kami semua tersenyum bahagia dengan
berakhirnya konflik ini.
Akhirnya setelah 20 tahun hidup bersama dengan pertengkaran
aku dan kamu pun sudah bisa rukun selayaknya seorang pasangan kembar Niel…
semua orang berdecak kagum melihat 2 pemuda cute dan cool bagaikan youngmin dan
kwangmin (boyband boyfriend) ini aku pun memutuskan mengecat rambut jadi hitam
agar lebih manly kami pun berdampingan penuh kerukunan. Pada akhirnya semua
perseteruan ini akan indah pada waktunya, badai telah berlalu.
TAMAT
NP: Komentar kalian adalah nafas dan semangatku dalam
berkarya, komentarlah!
Salam manis Yanz.
FB: http://m.facebook.com/daniel.yanuar4
wiiiihhhhhh, keereeennnn. Eh tp bro g kembar kan??? Ato emang kembar? :-/
BalasHapuskurang greget, tp idenya sudah bagus, over all bagus lah..
BalasHapuskeren banget ceritanya,,,kalian berdua memang kembar apa gak sebenarnya...
BalasHapusDOMINOQQ
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny