Kesalahan Besarku
By: Yanz
Date: 2 june 2012
*Christ POV*
PROK… PROK… PROK…
Tepuk tangan bergemuruh saat dia menurunkan mikenya, tanda
dia telah selesai menyanyi. Panggil saja dia Agung. “Waah, kau memang hebat
Agung! Suaramu emas… Kau pasti yang akan terpilih menjadi duta sekolah seni
kita ini,” puji ibu kepala sekolah sambil menepuk pundak Agung.
Aku mengerutkan kening karena kesal. Selalu Agung dan Agung,
sesuai dengan namanya dia selalu diagung-agungkan seisi sekolahan, apa lebihnya
dia? Suara standar, dance standar, tampang tentu saja tampan aku jauuh sekali,
ditambah lagi tubuhku tinggi karena aku keturunan Jepang-Australia, harusnya
mereka berpihak denganku bukannya si Agung cebol itu!
“Gak ada yang spektakuler… Biasa saja” sindirku yang berdiri
di pojokan. Sontak semua orang yang menggerombongi Agung menatapku sinis.
“Hei… Kau sirik ya dengan prestasi Agung? Huh dasar mulut
besar,” celetuk gadis berambut pirang yang bernama Desi itu, dari bahasa
tubuhnya aku tau dia menyukai Agung dan dia yang selalu membela Agung disaat
aku memojokkannya.
“Kayaknya kuping kalian bermasalah ya? Suaranya standar! Aku
jauh lebih hebat, spektakuler dan pantas menjadi duta sekolah dibandingkan si
cebol ini!” kataku dengan senyuman menyindir.
“Kau keterlaluan sekali Christ! Dia itu berbakat dan satu
hal lagi, dia gak cebol! Badannya standar kok bahkan dia lebih terkesan imut
dengan badannya itu!” teriak Desi emosi dengan mata berkaca-kaca.
“Diam kau wanita! Aku tidak bicara denganmu.” kataku dingin.
Hening…
Terlihat kepala sekolah mendekatiku, dia menepuk pundakku,
“Kau berbakat Christ, kau luar biasa. Hanya saja senimu tidak bernyawa, kau
dituntut sempurna oleh program tubuhmu, kau hanya bernyanyi untuk tekanan namun
kau tidak menikmatinya dan kau tidak bisa memberikan kenyamanan pada penonton.
Beda halnya dengan Agung, dia menyanyi menggunakan segenap perasaannya dan
senyumannya itu special. Kau harus lebih banyak berlatih tersenyum untuk
memikat banyak orang, tidak cukup dengan wajah tampan, tubuh proporsional maupun
bakat yang kau bawa dari luar negri!” kata kepala sekolah dengan penuh
penekanan. Aku menggenggam geram tanganku dan pergi dari ruangan pertunjukan
itu.
0o0o0o0
Namaku Christian dan biasa dipanggil Christ, aku bersekolah
di International Art School dan tinggal di asrama sekolah ini dan sialnya aku
sudah lebih 2 tahun satu kamar dengan musuh bebuyutanku, Agung. Aku adalah
pemuda yang ambisius, perfectionis, dan type orang yang tega menyakiti orang
lain demi mendapatkan apa yang aku mau. Tidak ada yang berani dekat denganku
kecuali Agung.
Kutatap jendela kaca di samping kasurku, dan ternyata di
luar sana tiba-tiba hujan lebat. Kulihat pria bodoh itu berlari menuju asrama
yang bentuknya memanjang ini jadi lorongnya ada di luar ruangan.
“Haaah… Lebat sekali hujannya. Beruntunglah kau pulang
duluan Christ jadi kau tidak perlu kedinginan brrrr… Hahaha…” katanya
cengengesan dan berlari ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar kami.
Ini dia Agung, dia adalah pria bodoh yang ceria, sok baik,
sok alim, sok nganggap aku sahabat padahal dia tidak tau bahwa aku
menganggapnya musuh besar dan bodohnya dia selalu keras kepala ingin dekat
padaku padahal aku sangat benci dengan suara cemprengnya. Bukankah dia sangat
konyol bagaikan spongebob? Aku paling benci makhluk kuning yang sangat Agung
kagumi itu dan dia selalu saja menonton acara berisik itu tiap pagi dan
mengganggu sleeping handsomeku.
“ASTAGA! Sial sekali, aku lupa kalau semua pakaianku ada di
jemuran dan sekarang basah!” teriaknya di depan pintu kamar mandi dengan handuk
kecil di pinggangnya.
“Dasar bodoh, jangan lebay. Pakai saja pakaianmu sebelum
mandi tadi.”
“Sudah kucuci Christ!”
“Benar-benar bodoh. Memangnya sehelai pun tidak ada yang
tersisa?”
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan innocent,
membuatku muak. Tubuh mungilnya yang putih mulai bergidik kedinginan, matanya
berkaca-kaca bagaikan anak kucing kelaparan yang meminta belas kasihan. Aku
benar-benar tidak tahan melihat tampang bodohnya itu jadi aku bangkit dari
kasur, membuka lemariku dan melemparkan beberapa pakaian lamaku yang sudah
kekecilan, “Jangan dikembalikan. Simpan saja! Aku tidak sudi harus berbagi
pakaian denganmu dan memakai pakaian yang telah kau pakai,” ucapku ketus.
Dia memungut gumpalan kain yang berserakan di lantai, senyumnya
merekah memamerkan giginya yang tersusun rapi, “WUAHAHAHA…. KAU ITU MEMANG BAIK
HATI! Sudah berapa kali ya kau membantuku? Oiya waktu itu kau membayarkan
minumanku karena aku lupa bawa dompet, menyuapiku saat aku sakit, mem…” namun
perkataannya terpotong karena teriakanku, dia menatap jari-jarinya ingin
menghitung berapa kali aku membantunya.
“DIAM! Bisakah kau jangan bawel! Aku tidak ingin baik
denganmu dan kau jangan geer! Aku hanya muak melihat betapa bodohnya kau itu!”
teriakku kesal hingga urat di dahi dan leherku menyembul. Dia mengurangi volume
senyumannya mengganti cengiran bodoh itu dengan senyuman yang lebih anggun.
“Aku mengerti kau. Gengsimu memang besar tapi aku tau kau
baik, Christ.”
Aku hanya diam, dia memakai pakaiannya di hadapanku
sedangkan aku membuang muka dengan menatap guyuran hujan di jendela.
Selesai memakai pakaian dia merayap ke kasur, tidur si
sampingku dan memeluk lenganku, “Hei bodoh lepaskan tanganku! Aku tidak sudi
harus bersentuhan dengan orang hina sepertimu,” kataku kesal sambil
menggoyang-goyangkan tanganku namun dia tidak bergeming.
Aku hanya mendengus kesal. Asrama memang hanya menyediakan
satu kasur yang berukuran cukup besar tapi tetap saja aku suka kesal jika Agung
menempelkan tubuhnya itu denganku. Kulihat dia, kusingkap poninya yang cukup
panjang itu, rupanya dia sudah tertidur dan sekarang mendengkur kecil sambil
memeluk erat tanganku. Udara memang begitu dingin sehingga sangat enak dibawa
tidur ditambah lagi latihan hari ini sangat berat karena bulan depan ada
kompetisi seni national, setiap sekolah hanya akan membawa satu perwakilan sebagai
duta sekolah yang harapannya akan membawa nama baik sekolah. Setelah berlatih
sangat keras beberapa minggu ini akhirnya besok sore akan diadakan pemilihan
duta sekolah. Meskipun semua mendukung Agung tapi aku cukup berpotensi lulus
bukan?
Hanya saja, perkataan kepala sekolah tadi sore membuat
percaya diriku runtuh. Apa-apaan seniku tidak bernyawa? Hell no! aku berbakat
dan itu mutlak. Namun dukungan sangat berpihak pada Agung, kemungkinan dia yang
akan terpilih. Aku harus menggagalkan hal ini!!
Aku berfikir keras malam itu hingga terserang insomnia
berat. Aku hanya menatapnya penuh kebencian, aku ingin dia mati…
0o0o0o0
“Beli apa mas?” tanya penjaga toko ramah padaku.
“Racun tikus sebungkus…” kataku datar. Tidak lama kemudian
penjaga toko itu memberikan apa yang aku mau dan aku pun membayarnya.
Tidak perlu kerja keras, cukup dengan sebungkus racun tikus
untuk membunuh seekor tikus pengganggu. Di jalan aku membeli es cendol kesukaan
Agung setelah itu aku memasukkan racun tikus pada es itu dan mencampur rata
supaya rasa maupun warna tidak ketahuan. Aku kembali berjalan kembali ke
sekolah.
Sampai di gerbang terlihat Agung berlari-lari dan
menghampiriku, “Haah…. Haah.. Ada yang ingin aku bicarakan… Ikut denganku!”
pintanya dengan ngos-ngosan.
Aku menatap dia yang diguyur keringat dengan heran namun
tanpa konfirmasi dariku, dia menarik tanganku. Kami sampai ke sebuah kebun
buah-buahan yang biasa dijadikan extrakulikuler berkebun biasanya. Kebetulan
pagi itu sepi, jam menunjukkan pukul 09:00, sekarang libur karena nanti sore
akan diadakan audisi.
“Hn… Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku sambil
menyembunyikan es dibalik punggungku.
Wajahnya memerah, terlihat sesekali dia menarik-hembuskan
hafasnya yang tidak stabil. Dia menatapku lekat, tatapan tajam yang belum
pernah aku lihat sebelumnya. Terlihat kebimbangan dari matanya namun…
CUP….
Dengan berjinjit, bibirnya berhasil menyentuh bibirku,
“A-aku mencintaimu… Aku jatuh cinta denganmu! Perasaan yang terlalu
menggangguku jika harus kupendam terlalu lama. Aku tidak butuh jawabanmu, aku
hanya ingin membuat perasaanku lega dan kuharap kau tidak akan memberitahukan
siapapun.”
Aku masih diam terpaku, mata sipitku jadi membulat
menatapnya. Entah mengapa jantungku berdetak sangat kencang karena ciuman dan
pernyataannya, a-aku… Entah mengapa aku jadi senang dengan hal ini. Oh tidak!
Ini hanya siasatnya supaya aku mengalah untuk audisi nanti, sayangnya aku tidak
sebodoh itu Gung!
HUP!
Dengan sigap dia menerjang dan memeluk tubuhku, diletakkannya
kepalanya di dadaku sedangkan tangannya ada di pinggangku. Dia
menggesek-gesekkan kepalanya di dadaku, entah mengapa itu terlihat sangat manis
yang membuatku tersenyum melihatnya dan tatapanku pun berubah menjadi sayu.
Nyaman… Nyaman sekali, seperti inikah rasanya memiliki seorang kekasih? Aku dan
ambisiku sama sekali tidak memberikan kesempatan pada diriku memiliki kekasih
selama ini dan sekarang rasanya dadaku digelitik oleh rasa bahagia yang luar
biasa.
Kukecup puncak kepalanya dan dia pun mendongak,
memperlihatkan wajah imutnya yang membuatku malu. Ini dia yang membuatku kesal
dengan wajah imutnya, dia memuatku jadi kikuk dan malu… Dan aku sangat benci
jika menjadi bodoh seperti sekarang. Oh god, sepertinya aku membohongi
perasaanku selama ini, aku tidak membencinya melainkan mencintainya.
“Ya… Hari ini kita resmi,” kataku lembut. Kutarik dagunya
dan mengecup pelan bibirnya.
Dia memejamkan matanya, sekitar 3 menit bibir kami menempel
tanpa bergerak karena aku pun tidak tau caranya berciuman, “Aaah… Nafasku
sesak. Jadi haus… waah kau perhatian sekali hahaha… Pakai repot-repot
membelikan cendol kesukaanku!” katanya semangat kemudian merampas keresek di
tanganku dengan kasar kemudian meminum es itu dengan cepat tanpa sedotan
melainkan langsung dari kereseknya.
“NO!!!!” teriakku sambil menangkup pipinya, “Muntahkan!
Muntahkan!!!” teriakku sambil mencekek lehernya pelan.
“Kenapa sih? Kau kesal aku merampas esmu? Besok aku ganti
deh hehe…”
“Bukan bodoh! Es tadi berracun!”
“Ba-bagaimana bisa?”
“Tidak ada waktu adu argument, cepat kita ke rumah sakit!”
“Jelaskan bagaimana bisa?” tanyanya dengan keras kepala dan
tidak bergeming.
“Aku ingin membunuhmu agar kau gagal audisi, puas bodoh!
Cepat kita pergi…”
“Jahat… Kau jahat…” katanya sambil mundur perlahan.
“Arrgghh! Kau tidak boleh mati bodoh, ayo cepat kita ke
rumah sakit!” teriakku dengan mata berkaca-kaca. Namun dia berlari masuk ke
dalam kebun yang membentuk labirin, aku semakin panik karena ada banyak sudut
yang membuatku sulit menemukan Agung.
“Bodoh kau dimana?!!” teriakku frustasi. Kesal nyaris
setengah jam aku berlari hanya tersesat di labirin itu akhirnya aku memanjat
dan bisa melihat Agung dari ketinggian, dia telah terdampar di tanah. Aku
melompat ke tempat dimana Agung terbaring dan dengan sigap kuangkat tubuh
mungilnya, berlari sekuat tenaga. Tubuhnya sekarang sangat lemas dengan mulut
yang berbuih. Menyesal… Ya, aku sangat menyesal. Kenapa aku tega sejahat ini
dengan orang yang tulus mencintaiku? Ini kesalahan terbesar yang aku lakukan
tuhan…
0o0o0o0o0
Tek… Tek… Tek..
Jam dinding yang berdetak terdengar nyaring disela-sela
keheningan kami. Audisi ditunda karena kami berada di dapan ruang UGD sekarang.
Aku mengetuk-ngetuk lututku karena gelisah, “Save him, god…” lirihku sambil
menggenggam kedua tanganku di depan wajahku.
“Sejak kapan kau perduli dengannya?” tanya Desi, aku hanya
diam. “Akhirnya kau menyadari akan ketulusannya kan? Dia pernah cerita tentang
perasaannya padamu tahun lalu. Saat aku menyatakan perasaan padanya, saat dia
menolakku karena pilihannya adalah kau. Ironis sekali kan…”
Aku menggigit rahangku, aku sangat kesal pada diriku sendiri.
Salahkan saja, salahkan saja aku!
“Aku yang meracuninya…”
Sontak semua orang menatapku tidak percaya, “Apa? Setega itu
kau melakukan tindakan kriminal. Pasti demi audisi?” tanya kepala sekolah
dengan menampar keras pipiku, “Kami akan menjebloskanmu ke penjara!” teriak
teman Agung yang lain. Aku hanya menatap kosong, pasrah dengan semua makian
maupun kucilan itu. Karena aku pantas mendapatkannya.
“Kalau memang kau yang melakukannya kenapa ada gurat
penyesalan di wajahmu?” tanya Desi dan semua mata tertuju pada Desi.
“Aku menyesalinya. Aku bahkan membatalkan niatku, tapi dia
yang merampas es yang kupegang.”
Hening…
Kreak…
Namun dokter yang membuka pintu memecah keheningan, terlihat
kepala sekolah menghampirinya.
“Bagaimana dok?”
“Karena telat, nyawanya hampir melayang. Keadaannya kritis,
berharaplah tuhan memberikan keajaiban.”
Gemuruh tangis menggema di lorong itu, begitu banyak air
mata yang tumpah dibuatnya, tapi aku? Aku tetap bertahan dengan gengsiku. Aku
pun berjalan menghampiri dokter dan diizinkan masuk bergantian. Kulangkahkan
kaki di lantai putih itu. Terlihat, tubuh mungil itu terbaring tak berdaya di
kasur rumah sakit, dengan banyak peralatan yang menempel di tubuhnya untuk
menahannya, bibirnya sangat pucat, senyumnya lenyap yang terlihat hanyalah
guratan wajah tanpa ekspresi. Aku mendekat, kuraih tangan mungil itu dan
menggenggamnya erat, “Jangan pergi sekarang… Baru saja aku akan mengecap yang
namanya kebahagiaan, haruskah kau merenggutnya?” lirihku. Kukecup tangan pucat
itu, tak terasa butiran hangat menetes di pipiku. Kuremas dadaku, sakit kali
ini jauh lebih sakit jika aku harus mengecap kekalahan. Aku semakin terisak
mengingat betapa berwarnanya hidupku selama ini karena dia yang berisik dan
selalu mengacaukanku ternyata sosok menjengkelkan itu pun dapat membuatku
rindu. Hei bodoh, dapatkah kau lihat wajah bodohku sekarang? Semua karena kau,
aku benci kau… Akan lebih benci jika kau benar-benar pergi… Bisakah mata cantik
itu kembali terbuka? Mata birumu yang menatap memohon itu sangat kurindukan
apalagi cengiran lebarmu. Jangan tinggalkan aku dengan perasaan bersalah ini,
Bodoh…
Kudekatkan wajahku dengan wajahnya, kukecup bibirnya.
Seperti snow white, aku berharap bodohku membuka mata cantiknya karena sudah
kucium. Namun nihil… Dia tidak bergeming.
Lelah menunggu hingga aku merasakan ngantuk luar biasa, aku
merebahkan kepalaku di sisi kasur sambil terduduk. Belum sempat kesadaranku
hilang, aku merasakan tangan mungil itu meraih kepalaku, kutatap sang empunya
dan ternyata…
“Agung… Kau sudah sadar?” tanyaku yang kemudian memeluknya.
Dia mengusap pundakku, “Maafkan aku…”
“Iya, aku maafkan…” lirihnya dengan suara serak. Aku sungguh
lega karena tuhan mendengarkan doaku.
0o0o0o0
-Sebulan kemudian-
“Dan ini penampilan terakhir dari perwakilan International
Art School menampilkan 5 cowok ganteng yang tergabung dalam grub vocal The Sexy
Vampire!!!”
Aku menggenggam erat tangan Agung sebelum naik ke atas
panggung. Syukurlah Agung kembali sehat dalam 2 hari setelah keracunan bulan
lalu, audisi sekolah pun mengumpulkan 5 cowok popular dan berbakat yaitu aku,
Agung, Dian, Kim dan Briant yang berpotensi bisa mengharumkan nama baik
sekolah. Kami yang berdandan ala cosplay atau para pemeran di anime Vampire
Knight ditambah make up vampire yang meyakinkan pun naik ke panggung. Dengan
bermodalkan lagu hands up (2pm) yang kami cover akhirnya kami bisa menjadi
juara 1 nominasi penggemar terbanyak. Semua bersorak bahagia, dan cerita ini
pun aku tutup dengan senyum bahagiaku. Senyum? Yeah aku mulai berlajar
tersenyum. ^_^
TAMAT
Like dong? Koment dong? Biar mimin yanz rajin bikin cerpen.
Maaf ya jarang berkunjung hehehe mudan kalian gak lupa mimin yanz
Weh-weh nemu cerita boyslove akhirnya..... cuma numpang baca plus coment,,,, jangan lupa mampir ya di me blog kebanyakan tentang boyslove fiksi di www.suryakepo.blogspot.com :)
BalasHapusSalken Jakbar Grogol V add Pin:DC692463 or wa 0811-945-1903 cr Pure Top or Bisex yang kost
BalasHapusYuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny