Selasa, 05 Juni 2012

Kesalahan Besarku


Kesalahan Besarku
By: Yanz
Date: 2 june 2012

*Christ POV*

PROK… PROK… PROK…

Tepuk tangan bergemuruh saat dia menurunkan mikenya, tanda dia telah selesai menyanyi. Panggil saja dia Agung. “Waah, kau memang hebat Agung! Suaramu emas… Kau pasti yang akan terpilih menjadi duta sekolah seni kita ini,” puji ibu kepala sekolah sambil menepuk pundak Agung.

Aku mengerutkan kening karena kesal. Selalu Agung dan Agung, sesuai dengan namanya dia selalu diagung-agungkan seisi sekolahan, apa lebihnya dia? Suara standar, dance standar, tampang tentu saja tampan aku jauuh sekali, ditambah lagi tubuhku tinggi karena aku keturunan Jepang-Australia, harusnya mereka berpihak denganku bukannya si Agung cebol itu!

“Gak ada yang spektakuler… Biasa saja” sindirku yang berdiri di pojokan. Sontak semua orang yang menggerombongi Agung menatapku sinis.

“Hei… Kau sirik ya dengan prestasi Agung? Huh dasar mulut besar,” celetuk gadis berambut pirang yang bernama Desi itu, dari bahasa tubuhnya aku tau dia menyukai Agung dan dia yang selalu membela Agung disaat aku memojokkannya.

“Kayaknya kuping kalian bermasalah ya? Suaranya standar! Aku jauh lebih hebat, spektakuler dan pantas menjadi duta sekolah dibandingkan si cebol ini!” kataku dengan senyuman menyindir.

“Kau keterlaluan sekali Christ! Dia itu berbakat dan satu hal lagi, dia gak cebol! Badannya standar kok bahkan dia lebih terkesan imut dengan badannya itu!” teriak Desi emosi dengan mata berkaca-kaca.

“Diam kau wanita! Aku tidak bicara denganmu.” kataku dingin.

Hening…

Terlihat kepala sekolah mendekatiku, dia menepuk pundakku, “Kau berbakat Christ, kau luar biasa. Hanya saja senimu tidak bernyawa, kau dituntut sempurna oleh program tubuhmu, kau hanya bernyanyi untuk tekanan namun kau tidak menikmatinya dan kau tidak bisa memberikan kenyamanan pada penonton. Beda halnya dengan Agung, dia menyanyi menggunakan segenap perasaannya dan senyumannya itu special. Kau harus lebih banyak berlatih tersenyum untuk memikat banyak orang, tidak cukup dengan wajah tampan, tubuh proporsional maupun bakat yang kau bawa dari luar negri!” kata kepala sekolah dengan penuh penekanan. Aku menggenggam geram tanganku dan pergi dari ruangan pertunjukan itu.

0o0o0o0

Namaku Christian dan biasa dipanggil Christ, aku bersekolah di International Art School dan tinggal di asrama sekolah ini dan sialnya aku sudah lebih 2 tahun satu kamar dengan musuh bebuyutanku, Agung. Aku adalah pemuda yang ambisius, perfectionis, dan type orang yang tega menyakiti orang lain demi mendapatkan apa yang aku mau. Tidak ada yang berani dekat denganku kecuali Agung.
Kutatap jendela kaca di samping kasurku, dan ternyata di luar sana tiba-tiba hujan lebat. Kulihat pria bodoh itu berlari menuju asrama yang bentuknya memanjang ini jadi lorongnya ada di luar ruangan.

“Haaah… Lebat sekali hujannya. Beruntunglah kau pulang duluan Christ jadi kau tidak perlu kedinginan brrrr… Hahaha…” katanya cengengesan dan berlari ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar kami.

Ini dia Agung, dia adalah pria bodoh yang ceria, sok baik, sok alim, sok nganggap aku sahabat padahal dia tidak tau bahwa aku menganggapnya musuh besar dan bodohnya dia selalu keras kepala ingin dekat padaku padahal aku sangat benci dengan suara cemprengnya. Bukankah dia sangat konyol bagaikan spongebob? Aku paling benci makhluk kuning yang sangat Agung kagumi itu dan dia selalu saja menonton acara berisik itu tiap pagi dan mengganggu sleeping handsomeku.

“ASTAGA! Sial sekali, aku lupa kalau semua pakaianku ada di jemuran dan sekarang basah!” teriaknya di depan pintu kamar mandi dengan handuk kecil di pinggangnya.

“Dasar bodoh, jangan lebay. Pakai saja pakaianmu sebelum mandi tadi.”

“Sudah kucuci Christ!”

“Benar-benar bodoh. Memangnya sehelai pun tidak ada yang tersisa?”

Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan innocent, membuatku muak. Tubuh mungilnya yang putih mulai bergidik kedinginan, matanya berkaca-kaca bagaikan anak kucing kelaparan yang meminta belas kasihan. Aku benar-benar tidak tahan melihat tampang bodohnya itu jadi aku bangkit dari kasur, membuka lemariku dan melemparkan beberapa pakaian lamaku yang sudah kekecilan, “Jangan dikembalikan. Simpan saja! Aku tidak sudi harus berbagi pakaian denganmu dan memakai pakaian yang telah kau pakai,” ucapku ketus.

Dia memungut gumpalan kain yang berserakan di lantai, senyumnya merekah memamerkan giginya yang tersusun rapi, “WUAHAHAHA…. KAU ITU MEMANG BAIK HATI! Sudah berapa kali ya kau membantuku? Oiya waktu itu kau membayarkan minumanku karena aku lupa bawa dompet, menyuapiku saat aku sakit, mem…” namun perkataannya terpotong karena teriakanku, dia menatap jari-jarinya ingin menghitung berapa kali aku membantunya.

“DIAM! Bisakah kau jangan bawel! Aku tidak ingin baik denganmu dan kau jangan geer! Aku hanya muak melihat betapa bodohnya kau itu!” teriakku kesal hingga urat di dahi dan leherku menyembul. Dia mengurangi volume senyumannya mengganti cengiran bodoh itu dengan senyuman yang lebih anggun.

“Aku mengerti kau. Gengsimu memang besar tapi aku tau kau baik, Christ.”

Aku hanya diam, dia memakai pakaiannya di hadapanku sedangkan aku membuang muka dengan menatap guyuran hujan di jendela.

Selesai memakai pakaian dia merayap ke kasur, tidur si sampingku dan memeluk lenganku, “Hei bodoh lepaskan tanganku! Aku tidak sudi harus bersentuhan dengan orang hina sepertimu,” kataku kesal sambil menggoyang-goyangkan tanganku namun dia tidak bergeming.

Aku hanya mendengus kesal. Asrama memang hanya menyediakan satu kasur yang berukuran cukup besar tapi tetap saja aku suka kesal jika Agung menempelkan tubuhnya itu denganku. Kulihat dia, kusingkap poninya yang cukup panjang itu, rupanya dia sudah tertidur dan sekarang mendengkur kecil sambil memeluk erat tanganku. Udara memang begitu dingin sehingga sangat enak dibawa tidur ditambah lagi latihan hari ini sangat berat karena bulan depan ada kompetisi seni national, setiap sekolah hanya akan membawa satu perwakilan sebagai duta sekolah yang harapannya akan membawa nama baik sekolah. Setelah berlatih sangat keras beberapa minggu ini akhirnya besok sore akan diadakan pemilihan duta sekolah. Meskipun semua mendukung Agung tapi aku cukup berpotensi lulus bukan?

Hanya saja, perkataan kepala sekolah tadi sore membuat percaya diriku runtuh. Apa-apaan seniku tidak bernyawa? Hell no! aku berbakat dan itu mutlak. Namun dukungan sangat berpihak pada Agung, kemungkinan dia yang akan terpilih. Aku harus menggagalkan hal ini!!

Aku berfikir keras malam itu hingga terserang insomnia berat. Aku hanya menatapnya penuh kebencian, aku ingin dia mati…

0o0o0o0

“Beli apa mas?” tanya penjaga toko ramah padaku.

“Racun tikus sebungkus…” kataku datar. Tidak lama kemudian penjaga toko itu memberikan apa yang aku mau dan aku pun membayarnya.

Tidak perlu kerja keras, cukup dengan sebungkus racun tikus untuk membunuh seekor tikus pengganggu. Di jalan aku membeli es cendol kesukaan Agung setelah itu aku memasukkan racun tikus pada es itu dan mencampur rata supaya rasa maupun warna tidak ketahuan. Aku kembali berjalan kembali ke sekolah.

Sampai di gerbang terlihat Agung berlari-lari dan menghampiriku, “Haah…. Haah.. Ada yang ingin aku bicarakan… Ikut denganku!” pintanya dengan ngos-ngosan.

Aku menatap dia yang diguyur keringat dengan heran namun tanpa konfirmasi dariku, dia menarik tanganku. Kami sampai ke sebuah kebun buah-buahan yang biasa dijadikan extrakulikuler berkebun biasanya. Kebetulan pagi itu sepi, jam menunjukkan pukul 09:00, sekarang libur karena nanti sore akan diadakan audisi.

“Hn… Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku sambil menyembunyikan es dibalik punggungku.

Wajahnya memerah, terlihat sesekali dia menarik-hembuskan hafasnya yang tidak stabil. Dia menatapku lekat, tatapan tajam yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Terlihat kebimbangan dari matanya namun…

CUP….

Dengan berjinjit, bibirnya berhasil menyentuh bibirku, “A-aku mencintaimu… Aku jatuh cinta denganmu! Perasaan yang terlalu menggangguku jika harus kupendam terlalu lama. Aku tidak butuh jawabanmu, aku hanya ingin membuat perasaanku lega dan kuharap kau tidak akan memberitahukan siapapun.”

Aku masih diam terpaku, mata sipitku jadi membulat menatapnya. Entah mengapa jantungku berdetak sangat kencang karena ciuman dan pernyataannya, a-aku… Entah mengapa aku jadi senang dengan hal ini. Oh tidak! Ini hanya siasatnya supaya aku mengalah untuk audisi nanti, sayangnya aku tidak sebodoh itu Gung!

HUP!

Dengan sigap dia menerjang dan memeluk tubuhku, diletakkannya kepalanya di dadaku sedangkan tangannya ada di pinggangku. Dia menggesek-gesekkan kepalanya di dadaku, entah mengapa itu terlihat sangat manis yang membuatku tersenyum melihatnya dan tatapanku pun berubah menjadi sayu. Nyaman… Nyaman sekali, seperti inikah rasanya memiliki seorang kekasih? Aku dan ambisiku sama sekali tidak memberikan kesempatan pada diriku memiliki kekasih selama ini dan sekarang rasanya dadaku digelitik oleh rasa bahagia yang luar biasa.

Kukecup puncak kepalanya dan dia pun mendongak, memperlihatkan wajah imutnya yang membuatku malu. Ini dia yang membuatku kesal dengan wajah imutnya, dia memuatku jadi kikuk dan malu… Dan aku sangat benci jika menjadi bodoh seperti sekarang. Oh god, sepertinya aku membohongi perasaanku selama ini, aku tidak membencinya melainkan mencintainya.

“Ya… Hari ini kita resmi,” kataku lembut. Kutarik dagunya dan mengecup pelan bibirnya.

Dia memejamkan matanya, sekitar 3 menit bibir kami menempel tanpa bergerak karena aku pun tidak tau caranya berciuman, “Aaah… Nafasku sesak. Jadi haus… waah kau perhatian sekali hahaha… Pakai repot-repot membelikan cendol kesukaanku!” katanya semangat kemudian merampas keresek di tanganku dengan kasar kemudian meminum es itu dengan cepat tanpa sedotan melainkan langsung dari kereseknya.

“NO!!!!” teriakku sambil menangkup pipinya, “Muntahkan! Muntahkan!!!” teriakku sambil mencekek lehernya pelan.

“Kenapa sih? Kau kesal aku merampas esmu? Besok aku ganti deh hehe…”

“Bukan bodoh! Es tadi berracun!”

“Ba-bagaimana bisa?”

“Tidak ada waktu adu argument, cepat kita ke rumah sakit!”

“Jelaskan bagaimana bisa?” tanyanya dengan keras kepala dan tidak bergeming.

“Aku ingin membunuhmu agar kau gagal audisi, puas bodoh! Cepat kita pergi…”

“Jahat… Kau jahat…” katanya sambil mundur perlahan.

“Arrgghh! Kau tidak boleh mati bodoh, ayo cepat kita ke rumah sakit!” teriakku dengan mata berkaca-kaca. Namun dia berlari masuk ke dalam kebun yang membentuk labirin, aku semakin panik karena ada banyak sudut yang membuatku sulit menemukan Agung.

“Bodoh kau dimana?!!” teriakku frustasi. Kesal nyaris setengah jam aku berlari hanya tersesat di labirin itu akhirnya aku memanjat dan bisa melihat Agung dari ketinggian, dia telah terdampar di tanah. Aku melompat ke tempat dimana Agung terbaring dan dengan sigap kuangkat tubuh mungilnya, berlari sekuat tenaga. Tubuhnya sekarang sangat lemas dengan mulut yang berbuih. Menyesal… Ya, aku sangat menyesal. Kenapa aku tega sejahat ini dengan orang yang tulus mencintaiku? Ini kesalahan terbesar yang aku lakukan tuhan…

0o0o0o0o0

Tek… Tek… Tek..

Jam dinding yang berdetak terdengar nyaring disela-sela keheningan kami. Audisi ditunda karena kami berada di dapan ruang UGD sekarang. Aku mengetuk-ngetuk lututku karena gelisah, “Save him, god…” lirihku sambil menggenggam kedua tanganku di depan wajahku.

“Sejak kapan kau perduli dengannya?” tanya Desi, aku hanya diam. “Akhirnya kau menyadari akan ketulusannya kan? Dia pernah cerita tentang perasaannya padamu tahun lalu. Saat aku menyatakan perasaan padanya, saat dia menolakku karena pilihannya adalah kau. Ironis sekali kan…”

Aku menggigit rahangku, aku sangat kesal pada diriku sendiri. Salahkan saja, salahkan saja aku!

“Aku yang meracuninya…”

Sontak semua orang menatapku tidak percaya, “Apa? Setega itu kau melakukan tindakan kriminal. Pasti demi audisi?” tanya kepala sekolah dengan menampar keras pipiku, “Kami akan menjebloskanmu ke penjara!” teriak teman Agung yang lain. Aku hanya menatap kosong, pasrah dengan semua makian maupun kucilan itu. Karena aku pantas mendapatkannya.

“Kalau memang kau yang melakukannya kenapa ada gurat penyesalan di wajahmu?” tanya Desi dan semua mata tertuju pada Desi.

“Aku menyesalinya. Aku bahkan membatalkan niatku, tapi dia yang merampas es yang kupegang.”

Hening…

Kreak…

Namun dokter yang membuka pintu memecah keheningan, terlihat kepala sekolah menghampirinya.

“Bagaimana dok?”

“Karena telat, nyawanya hampir melayang. Keadaannya kritis, berharaplah tuhan memberikan keajaiban.”

Gemuruh tangis menggema di lorong itu, begitu banyak air mata yang tumpah dibuatnya, tapi aku? Aku tetap bertahan dengan gengsiku. Aku pun berjalan menghampiri dokter dan diizinkan masuk bergantian. Kulangkahkan kaki di lantai putih itu. Terlihat, tubuh mungil itu terbaring tak berdaya di kasur rumah sakit, dengan banyak peralatan yang menempel di tubuhnya untuk menahannya, bibirnya sangat pucat, senyumnya lenyap yang terlihat hanyalah guratan wajah tanpa ekspresi. Aku mendekat, kuraih tangan mungil itu dan menggenggamnya erat, “Jangan pergi sekarang… Baru saja aku akan mengecap yang namanya kebahagiaan, haruskah kau merenggutnya?” lirihku. Kukecup tangan pucat itu, tak terasa butiran hangat menetes di pipiku. Kuremas dadaku, sakit kali ini jauh lebih sakit jika aku harus mengecap kekalahan. Aku semakin terisak mengingat betapa berwarnanya hidupku selama ini karena dia yang berisik dan selalu mengacaukanku ternyata sosok menjengkelkan itu pun dapat membuatku rindu. Hei bodoh, dapatkah kau lihat wajah bodohku sekarang? Semua karena kau, aku benci kau… Akan lebih benci jika kau benar-benar pergi… Bisakah mata cantik itu kembali terbuka? Mata birumu yang menatap memohon itu sangat kurindukan apalagi cengiran lebarmu. Jangan tinggalkan aku dengan perasaan bersalah ini, Bodoh…

Kudekatkan wajahku dengan wajahnya, kukecup bibirnya. Seperti snow white, aku berharap bodohku membuka mata cantiknya karena sudah kucium. Namun nihil… Dia tidak bergeming.

Lelah menunggu hingga aku merasakan ngantuk luar biasa, aku merebahkan kepalaku di sisi kasur sambil terduduk. Belum sempat kesadaranku hilang, aku merasakan tangan mungil itu meraih kepalaku, kutatap sang empunya dan ternyata…

“Agung… Kau sudah sadar?” tanyaku yang kemudian memeluknya. Dia mengusap pundakku, “Maafkan aku…”

“Iya, aku maafkan…” lirihnya dengan suara serak. Aku sungguh lega karena tuhan mendengarkan doaku.


0o0o0o0
-Sebulan kemudian-

“Dan ini penampilan terakhir dari perwakilan International Art School menampilkan 5 cowok ganteng yang tergabung dalam grub vocal The Sexy Vampire!!!”

Aku menggenggam erat tangan Agung sebelum naik ke atas panggung. Syukurlah Agung kembali sehat dalam 2 hari setelah keracunan bulan lalu, audisi sekolah pun mengumpulkan 5 cowok popular dan berbakat yaitu aku, Agung, Dian, Kim dan Briant yang berpotensi bisa mengharumkan nama baik sekolah. Kami yang berdandan ala cosplay atau para pemeran di anime Vampire Knight ditambah make up vampire yang meyakinkan pun naik ke panggung. Dengan bermodalkan lagu hands up (2pm) yang kami cover akhirnya kami bisa menjadi juara 1 nominasi penggemar terbanyak. Semua bersorak bahagia, dan cerita ini pun aku tutup dengan senyum bahagiaku. Senyum? Yeah aku mulai berlajar tersenyum. ^_^

TAMAT

Like dong? Koment dong? Biar mimin yanz rajin bikin cerpen. Maaf ya jarang berkunjung hehehe mudan kalian gak lupa mimin yanz

3 komentar:

  1. Weh-weh nemu cerita boyslove akhirnya..... cuma numpang baca plus coment,,,, jangan lupa mampir ya di me blog kebanyakan tentang boyslove fiksi di www.suryakepo.blogspot.com :)

    BalasHapus
  2. Salken Jakbar Grogol V add Pin:DC692463 or wa 0811-945-1903 cr Pure Top or Bisex yang kost

    BalasHapus
  3. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus