Akhirnya aku memilikimu
By: Yanz
Rate : M (for sex conten)
WARNING: about gay and sex, IF YOU DON’T LIKE IT PLEASE
DON’T READ
Ciak.. ciaak.. begitu mungkin suara burung yang kudengar di
langit, atau lebih tepatnya ek… ek…? Entahlah toh cerita ini bukan membahas
bagai mana burung itu berbunyi atau bagaimana burung itu berkembang biak,
karena aku bukan ahli burung ok, so don’t ask me again and don’t blaming me if I wrong about it. Pada intinya
burung yang berterbangan di langit menandakan sekarang sudah sore, didukung
dengan adanya warna kuning keemasan di langit.
Aku menyusuri jalan
dengan raut wajah santai meskipun hati ini gundah gulana memikirkan pada
siapa aku menumpang makan malam ini? Tapi aku bukanlah seorang gembel, sekarang
aku menggunakan topi yang lagi trend di kalangan anak gaul, hearphone di
kupingku, jaket merah limited edition yang kubeli di mall kota sebelah (okay
aku terlalu pamer), dan celana skinny jins warna putih yang menempel di kaki
dan tititku, kasihan tititku terjepit semoga kau tidak impoten sayang, ya…
dapat kalian bayangkan kan betapa kerennya aku sekarang bagaikan Minwoo
personil boyfriend boyband dari Korea itu, mungkin sebagian sudah tau boyband
itu yang semua personilnya unyu-unyu seperti aku, yang gak tau NDESO!
Ok kembali pada topic, aku menyeret dua koper besar sehingga
sepanjang jalan yang kutelusuri aku terus jadi pusat perhatian, mungkin mereka
fikir aku artis dari Korea yang baru saja datang ke Negara ini, mereka tidak
akan menyangka kalau aku ini anak terlantar yang memutuskan kabur dari rumahku
(mungkin?).
Maaf dari tadi aku terus-menerus ngalor ngidul menjelaskan
hal tidak penting sedangkan jati diriku sendiri belum kuperjelas, ok namaku
Adam sekali lagi kuperjelas bahwa aku kabur, tolong kalian Tanya kenapa! Ok
karena rumahku yang panas bagaikan neraka jahanam sekarang, apalagi penyebabnya
kalau bukan karena orang tuaku yang bertengkar, mereka terus berdebat bahkan
papa memukul mama padahal jelas-jelas pusat dari masalah itu adalah papa, ya…
papa yang sangat malas berkerja membuat mama marah besar padahal mama adalah
type wanita gila kerja, mereka terus menyalahkan dan aku tau itu gak akan
berakhir kalau tak ada yang mau mengalah, mungkin sebentar lagi mereka akan
memutuskan bercerai, amin (eh?). mungkin aku lebih senang jika mereka berpisah
dan pastinya aku akan memilih hidup bersama mama, cause I hate dad. Atas dasar
apa mama mau menikahi papa itu pun aku tak tau mungkin kah karena wajah
tampannya? Tapi buat apa tampan kalau makan hati, tapi aku sedikit bersyukur
karena wajah tampanku ini keturunan dari papa , meskipun sikap kasarnya dan
tidak bertanggung jawabnya membuatku gerah… kau buatku gerah rah rah rah ini
lebih dari sekedar rasa STOP! Kenapa aku malah bernyanyi, cemes lagi. Haah…
yang pasti malam ini aku menginap dulu dirumah orang yang kukenal.
Lalu mataku tertuju pada ayam yang memakani sampah di jalan,
waw pantatnya begitu sexy (what the hell?) no, bukan begitu, hanya saja pantat
ayam itu mengingatkanku pada sahabat baikku di sekolah yang memiliki rambut
seperti pantat ayam, dialah Ega, aku heran kenapa anak itu tidak memiliki
handphone? Fb ataupun twitter, padahal dia bukan type anak yang kuper atau pun
gaptek, melihat begitu lengkapnya perangkat keras di rumahnya, katanya dia
benci dunia maya dan lebih baik menghadapi kehidupan di depannya, hah… dia tak
mengerti betapa asiknya dunia maya, kalau sudah begini akulah yang repot,
bagaimana tidak, kalau datang ke rumahnya tanpa memberi kabar pasti kamarnya
sangat berantakan dan bau.
@@@@@
TOK.. TOK..
Suara ketukan itu menandakan aku telah sampai di rumah Ega,
padahal sudah lebih lima menit aku menunggu tapi tak ada tanda kehidupan dari
dalam sana, dimana dimana dimana~ ega dimana woy?!!
CEKLEK!
Aku mendengar suara kunci rumah itu berbunyi dan aku pun
memasang pose sekeren mungkin di depan pintu.
“Hn.. ada perlu apa?” tanyanya dingin, aku melihat ada sikat
gigi yang masih menempel di mulutnya.
Aku pun tersenyum lebar , “Aku numpang hidup buat malam ini
ya? Paling lama satu minggu,”
“Kebiasaan, memang kau tak punya teman lain yang bisa kau
repotkan?”
“Tak ada yang sebaik kau kawan,” ucapku sambil memeluknya
dari depan.
Dia hanya mendelik kesal, tapi aku tak ambil hati karena
memang begitu ciri khasnya, diluar judes namun hatinya baik, aku tarik sikat
giginya dan memasukkan dalam mulutku, hal biasa buat kami dalam berbagi,
miliknya adalah milikku begitupun sebaliknya.
“Kalau lapar, ambil
sendiri makanan di kulkas,” ucapnya seraya menyeret koper-koperku ke kamarnya,
aku pun mengambil nasi goreng yang sepertinya sisa makan sore Ega barusan. hmm
sepi sekali, dimana orang tuanya fikirku.
Selesai makan aku pun naik ke atas menuju kamar Ega, “Orang
tuamu mana? Sepi sekali,” tanyaku.
“Keluar kota, ada sepupu yang menikah.”
“Waah.. kita Cuma berduaan artinya?”
Dia hanya diam dan focus dengan permainan game yang ada di
layar komputernya, aku Cuma memajukan bibirku karena kesal, tapi aku kembali
tersenyum menatapnya, dari belakang saja dia sangat mempesona apalagi dari
depan, bahunya yang bidang dan badannya proporsional. Kami sangat sering mandi
bersama dan aku sangat hafal lekuk tubuhnya yang dapat membuat juniorku ‘turn on’.
Dia pun tau persis siapa aku tapi aku heran kenapa dia tetap
setia menjadi sahabatku? Apa dia tidak takut ketularan gay sepertiku?
Tapi aku bangga memiliki sahabat sepertinya, yang selalu
melindungiku dan memahami perasaanku tanpa memandang jijik terhadapku, makanya
dia lah yang menjadi tempat pencurahan hatiku, segala kehidupan menyimpangku
dari yang maya ataupun nyata, dia pun suka membaca karya tulisku yang berbau
menyimpang, tapi dia tidak perduli mungkin karena menurutnya tulisan itu adalah
suatu karya sastra walau berbentuk normal atau abnormal tetap saja suatu karya
makanya dengan senang hati dia membaca karyaku, kadang aku heran saat aku
menyodorkan karyaku yang rada fulgar dia malah tertawa, katanya sangat lucu,
apakah dia mau mengatakan hubungan sex gay itu menjijikan? Kuharap tidak.
“Buka internet dong!” kataku sambil bergelayutan di
tangannya.
Matanya tetap focus ke layar computer, “Lain kali saja, kau
tidak dapat melihat apa kalau sekarang aku sedang sibuk.”
“Hah… begitu kau bilang sibuk,” aku langsung cemberut karena
diacuhkan lagi, namun terbesit ide jahil di otakku untuk menghentikan
aktifitasnya.
Aku kembali mendekatinya, memposisiskan kepalaku di
tengkuknya, dan meniup-niup tengkuknya sehingga perhatiannya terfokus padaku, “Aaakh…
kau ini! Ah shit, aku mati kan jadinya,” protesnya saat permainan gamenya
berakhir.
“Nah.. sudah kalah, ayo buka internet, aku mau melihat TS’ku
di GIF (gay Indonesia forum).”
“Kau membuat cerita baru?”
“Iya.. baca ya, jangan lupa tinggalkan komentar hahaha.”
Dia pun terpaksa mengikuti perintahku, dia juga mau-maunya
membuat akun di GIF hanya buat mengomentari cerita-ceritaku padahal dia bukan
gay, atau sekarang dia gay? Sebenarnya aku sedikit berharap… namun disisi lain
aku tak mau orang yang sangat baik padaku ini jadi sepertiku.
Aku berjongkok di depan meja computer Ega, dan dia duduk di
bangku tepat di punggungku (bisa dibayangkan?)
“Hmmm rambutmu bau matahari, cepat mandi!” perintahnya
padaku.
“Nanti saja, lagi asik ini balas komentar,” jawabku sambil
tersenyum lebar.
“Hmmm.. kalau begitu aku mandi duluan.”
Aktifitas jemariku langsung berhenti, “Tunggu, aku ikut,
mandi bersama pasti lebih bersih,” pintaku dengan senyuman penuh harap.
Dia langsung mengacak-acak rambutku dan merangkul bahuku.
@@@@@@@@@@
Jantungku rasanya berdetak sangat kencang saat menatap dia
yang melucuti semua pakaiannya dan menyisakan CD’nya, kulitnya kecoklatan namun
bersih, gak ada panunya hehe. Aku juga melucuti pakaianku tapi… oh damn,
rupanya ada yang sudah membengkak di dalam celanaku, mungkin Ega akan biasa
saja karena sudah sering mendapati fenomena ini.
“Turn on lagi? Ckckck…”
“Hehehehe… biasa, ‘dia’ gak tahan kalau ada pemuda yang
sangat sexy dan bugil dihadapan’nya’ hehehe,”
Aku berdiri di hadapannya, bersama-sama menikmati shower,
aku terus tersenyum menatap wajahnya lekat-lekat, mungkin Cuma dia lah yang
saat ini dapat membuat hatiku damai dan melupakan orang tuaku.
“Emmm huh..” kudengar dia bergumam tidak jelas dan berusaha
menatap arah lain, kenapa dengannya? Tidak seperti biasanya dia bisa menatapku
dengan tenang.
“Kau kenapa, Ga?” tanyaku kebingungan sambil mengusap pipi
Ega.
“Bukan apa-apa,” dia
meraih tanganku dan menatap jemariku “Jari yang mungil,” lanjutnya sambil
meneliti jari-jariku.
“Eh? Memang sih, kalau dibanding dengan jarimu, jariku jadi
kecil,” jawabku dengan wajah polos.
Dia jadi mengerutkan dahinya, dan mengecup jari-jariku, aku
sedikit tersentak kaget, kenapa dia melakukannya?
“Aku bingung, aku… emmh.. mau bertanya.”
“Ka-kau mau bertanya apa, Ega?” tanyaku sedikit gugup
mengetahui keanehan dengan sifat Ega.
“Kenapa akhir-akhir ini aku memikirkanmu? Ditambah lagi kau
selalu hadir dimimpiku, kenapa? Aku sudah bosan bertemu denganmu tiap hari tapi
dimalam hari pun kau menggangguku.”
Mengganggu? Oh shit, jadi dimatanya aku hanya seorang
pengganggu.. aku langsung tertunduk lesu, tapi…
Hup…
Dia menarik pinggangku dan mendekap tubuhku, mukaku terasa
memanas, begitu juga suhu tubuhku, jantungku pun berdetak tak keruan.
Hening…
Tak satu pun dari kami ada yang berani mengeluarkan
kata-kata.
Sekitar 10 menit kami berpelukan dalam guyuran air di
shower, dingin bercampur raduk rasanya, akhirnya aku pun bersuara, “Ehmm… aku
kedinginan, ayo cepat kita selesaikan mandinya.”
“Emmm… iya, biar kuambil sabun,” ucapnya, sekilas dia
menatap tubuhku, dan juniorku yang ‘turn on’ dengan sempurna, aku semakin malu
tapi dia tersenyum tipis melihatku yang pucat karena gugup.
Dia sabuni pipiku, turun ke leherku aku sedikit curiga
dengan tatapannya, lalu tiba-tiba kukecup dagunya… yaah Cuma sampai dagunya,
karena tinggiku yang hanya seleher dia.
“Ah… kau ini.. mulai berani ya..” dia mendekatiku dan
mencium batang hidungku, haahh rasanya bahagia sekali, dapat serapat ini dan
menghirup aroma mind dari nafasnya karena pasta gigi yang baru saja dia pakai,
rasanya ingin sekali bibir sexy itu mengecup bibirku, dan… harapanku bukan
sekedar harapan lagi, dia mendekatkan bibirnya pada bibirku dan melumat bibir
atasku, aku memejamkan mataku menikmati sentuhan hangat bibir orang yang sangat
kusayangi ini, kemudian dia lumat bibir bawahku, aku pun membalas ciumannya
dengan lembut, dan ciuman lembut ini menjadi semakin panas sampai lidah kami
bertautan dan penisku berdenyut-denyut riang.
“Ehmmm… maaf kalau aku kelewatan,” ucapnya pelan setelah
melepas ciuman kami, aku masih terdiam dan terpaku, tidak percaya kalau sahabat
yang kufikir normal ini akhirnya berhasil kurobohkan benteng pertahanannya,
namun aku sedikit miris, menyadari bahwa aku pengaruh buruk buatnya, aku
membelokkannya, aku merasa sangat bersalah.
“Are you ok?” tanyanya saat melihat raut mukaku yang begitu
sedih.
“Maafkan aku… gara-gara aku kau jadi begini…” ucapku lirih.
Dia tersenyum tipis dan kembali mengecup bibirku, “Aku sudah
tidak bisa membohongi perasaanku, bahwa aku menyayangimu, oh tidak… aku
mencintaimu.”
Aku tersenyum lebar mendapati pernyataan cinta dari seorang
Ega si prince charming, “Jadi…?” tanyaku.
“Aku mau kau menjadi kekasihku, selalu bersamaku seperti
biasa, hanya saja… aku ingin ‘memilikimu seutuhnya’”
Aku mengangguk tanda mengerti maksudnya, dengan cepat kami
saling menyabuni tubuh kami dan dia meremas-remas pelan penisku yang sudah
sangat tegang.
“Badanmu sudah menggigil kedinginan, ayo ke kamar saja,”
ucapnya sambil menciumi leherku.
Setelah kami memakai handuk kami pun berjalan menuju kamar
Ega yang menyatu dengan kamar mandi ini.
Dia merebahkan tubuhku di kasur dan menunggangi tubuhku,
kami saling tatap dan berciuman.
“Aaaahh… eeehh… emmm aahhh… geli,” desahku saat lidahnya
bermain di leherku.
“Ummm emmmm ssssrrphh.. emmmh..” gumamnya saat menjilat dan
menghisap leherku.
Aku menggeliat nikmat, lidahnya turun lagi ke dadaku,
melumat dan menggigit kecil nippleku dan menambah efek rangsangan yang luar
biasa disekujur tubuhku, kemudian kutarik handuk yang menutupi kejantanannya,
wow… bukan hanya aku, ternyata dia pun ‘turn on’.
Kuelus dan kuremas penis kokohnya sedangkan dia melahap
dadaku penuh nafsu, tangannya juga menarik handukku dan melemparnya entah
kemana.
“Aaaaah… oohhh… enakk.. aaahhh..” aku kembali mendesah saat
lidah-lidah nakalnya bermain di perut dan pusarku, rasanya nikmat sekali.
“Eemmm… bolehkah aku mencicipinya sayang?” Tanya Ega saat
wajahnya telah berhadapan dengan penisku. Aku menganggukkan kepalaku tanda
setuju.
Untuk permulaan dia jilat ujung penisku yang membuatku
merasakan geli campur nikmat, “Aaaakhh… aaahh Ega aahhh… terus…”
Kemudian dia melahap habis penisku kedalam mulutnya, sensasi
hangat ditambah gigitan kecil Ega membuatku kenikmatan, disisi lain tangannya
meremas kedua bolaku.
“Aaaakkhh aaahhh… ooohh..” aku sedikit menjerit saat jarinya
menerobos lubangku, tangan kirinya mengocok penisku sedangkan mulutnya mengulum
kedua bolaku, aku semakin menggelinjang nikmat dan mendesah sehebat mungkin.
Dia kembali merangkak naik untuk menciumi bibirku sedangkan
tangannya aktif mengocok penisku, semakin lama semakin licin dan cepat dan
akirnya croot… crott.. crooot… “Aaarrgghhh aahhhh ahhhh… ooohh..” aku
menggerang hebat saat kurasakan cairan kenikmatan itu terbebaskan juga dan
cipratannya tepat mengenai perut six packnya Ega, aku sedikit merinding huuh..
Dia menciumi lembut kening dan bibirku sebelum berkata,
“Ehhmm bolehkah aku memasukimu?”
Mukaku semakin memerah dan tentu saja aku mau, suatu mimpi
tak dapat kupercaya, ini benar-benar terjadi.
“Bo-boleh…” jawabku gugup.
Dia mengambil cairan sperma yang tadi kucipratkan ke
perutnya, lalu mengoleskannya pada penisnya dan lubangku.
Dia buka selangkanganku dengan lebar dan menusuk-nusuk
lubangku dengan jari-jarinya, “Aaaakkhh… aahhhh ehhhmmm aaahh..” aku mendesah
kenikmatan.
Tidak begitu lama dia memainkan tangannya dilubangku
kemudian dia mengarahkan kejantanannya di lubangku, dia menggesek-gesekkan
penisnya yang cukup besar itu di pangkal lubangku, “Apa kau siap sayang?”
bisiknya sebelum memasukkan kejantanannya pada lubang virginku, yaa memang
masih virgin, karena aku tidak berani memberikannya pada siapapun namun buat
Ega yang sangat kusayangi dari dulu, aku tidak punya alasan untuk menolak.
“Iya, aku siap,” jawabku sambil tersenyum namun senyumku
sirna saat benda besar itu menghentak lubangku, sangat sakit, “AARRRRGGHHH
AAAHHH AAAHH SAKITT ARGHH…” aku mengerang dan meronta-ronta saat penisnya
menyentuh dinding-dinding lubangku, namun dia berusaha menenangkanku dengan
menciumi bibir dan leherku, menatap wajahnya, wajah orang yang aku cinta, rasa
sakit itu pun dapat kulupakan, aku berusaha tenang, dan saat aku tidak
menggerang lagi barulah Ega berani menggerakkan pinggulnya perlahan, “Aaahh…
aahh… oooohhh.. Egaa uuuhh..”
Semakin lama gerakan Ega semakin lancar dan aku pun mulai
menikmati tusukannya, “Aaaahhh… aahhh… faster aahhh..” desahku dan tusukannya
semakin cepat dan cepat, aku kembali menggerang merasakan panas, sakit dan
nikmat yang bercampur aduk di dalam lubangku.
Croott… croott.. croott.. tidak sempat Ega menarik penisnya
di lubangku, cairan cintanya menyirami lubangku, jadi sangat basah dan lengket.
Dia yang kelelahan langsung merebahkan tubuhnya, dan kami
masih menempel sekarang, keringat yang mengguyur wajahnya pun menetes ke
wajahku, dia tersenyum bahagia dan mengecup bibirku, “Emmmh… terimakasih Adam.”
Aku juga tersenyum bahagia karena malam ini, saat ini
mimpiku menjadi nyata.
“I love you,” bisiknya.
“I love you more…”
“I love you most.”
“Akhirnya aku memilikimu.”
END
Suka sama bagian...
BalasHapusAku mau kau menjadi kekasihku, selalu bersamaku seperti biasa, hanya saja… aku ingin ‘memilikimu seutuhnya’”