Cinta Begini
By: Yanz
Catatan: ini cerita kolaborasi yang ngasih ide kakak-kakakku sayang Lia
Nur'aeni dan Ella MinnyPretty Fujoshi WiffeJae. Happy reading~
*Deza POV*
Buuk! Buuk! Buuk!
Dengan lincah pemuda berambut merah itu mendribble bola basket yang ada dalam
kendalinya. Aku berusaha menahannya dan akhirnya bisa mengambil alih bola dan
berhasil mencetak angka.
Pemuda berambut merah itu bernama Aldy, kapten basket tim
Red Dragon. Sedangkan aku Deza kapten tim Blue Wolf. Kami selalu bersaing di
setiap pertandingan dan kemenangan selalu terjadi bergantian kadang timnya dan
kadang timku dan pertandingan kali ini menentukan siapakah pemenang
sesungguhnya.
Di atas, di bangku penonton terlihat seorang pemuda tampan
yang memiliki senyum menawan dan berambut kuning cerah sedang berteriak
menyemangati. Entah dia menyemangati siapa, aku sahabat karibnya ataukah Aldy
sang kekasih tercintanya. Namanya Reyhan. Dia dan aku sangat dekat makanya dia
sangat terbuka denganku, salah satunya membongkar aibnya yaitu dia seorang
homosexual. Namun aku tidak pernah keberatan, karena bagaimana pun dia sahabat
terbaik di dunia.
Bunyi tanda pertandingan selesai sudah dibunyikan. Aku dan
timku bersorak riang atas kemenangan kami kali ini dan berpelukan karena saking
senangnya. Setelah aku membalik tubuh, aku melihat Reyhan sedang menenangkan
Aldy yang sedang kecewa berat atas kekalahannya. Wajahnya masam dan terlihat
menyalahkan seluruh anak buahnya sedangkan Reyhan berusaha menenangkan dengan
mengusap punggung dan kepalanya. Ingin aku mendekat, tapi suasana sangat tidak
mendukung jadi aku menunggu kami sampai di kost saja dan saling berbincang
karena aku dan Reyhan satu kost.
>>>>>>>>>>>
“Wehehehe… Selamat ya jagoan, kau menang juga akhirnya!”
kata Reyhan riang saat aku dan dia sudah berada di tempat kost. Terlihat Reyhan
sedang membawa banyak makanan di kresek putih besar dan sebotol bir.
“Hn… Harusnya kau bersama kekasihmu dan menyemangatinya
bukannya berpesta bersamaku.”
“Tidak apa-apa, lagian dia sedang tidak mau diganggu.
Mungkin dia perlu waktu sendirian dan bagaimana pun aku harus hargai
keputusannya.”
“Kau sangat mengerti dia ya… Apa dia membenciku?” tanyaku
khawatir.
“Jangan khawatir. Dia pemain yang sportif, kalah menang itu
biasa pasti dia bisa terima. Ayo sudah nikmati makanannya, aku capek-capek beli
juga.”
Aku menenggak bir yang Reyhan tuangkan, “Apa kau tidak
khawatir dengannya hah?”
“Hahaha… Tidak usah terlalu difikirkan, nanti dia akan
kembali riang,” kata Rey sambil meminum bir lebih banyak. Aku pun melombainya
dan kami minum sangat banyak saat itu. Kepalaku terasa sangat pusing,
kesadaranku menipis, tapi aku dapat merasakan Reyhan yang sedang berada di atas
tubuhku, menggerayangiku bahkan mencumbuku, hanya itu yang kurasakan dan mataku
semakin berat hingga semuanya terlihat gelap.
-Keesokan Harinya-
KRRIIING!!!!
Jam waker yang sangat nyaring itu membangunkan tidur
lelapku, “Aaah… Kepalaku sakit sekali. What? Sudah jam 10! Aku bisa terlambat
ke kampus!” teriakku panik namun saat aku mencoba bangun dari tempat tidur. Aku
merasakan sebuah tangan kokoh sedang memelukku dari belakang. Aku memutar
tubuhku dan…
“AAAAAAAAA!!!” teriakku histeris saat menemukan Rey sedang
memelukku dari belakang dengan kondisi bugil.
“Ughh… Ada apa pagi-pagi berteriak heh?” Tanya Reyhan yang
masih setengah sadar.
“Re-Rey… Tadi malam apa yang kita lakukan?” tanyaku sambil
menjaga jarak.
“Aaa… Itu… kau? Aku? Tidak memakai pakaian…” katanya masih
dengan wajah bego’nya.
Aku membuka selimut dan benar saja ternyata aku tidak
memakai celana, terdapat banyak bercak cairan sperma juga. Wajahku memerah saat
menyadari keadaan ini. Aku tarik selimut untuk menutupi semua tubuhku dan
mencoba berjalan namun aku merasakan nyeri yang luar biasa di bokongku,
“Aaakhh… Sakit! Sial..” umpatku kesal dan terjatuh di lantai.
“Deza… Maaf, aku tidak sadar melakukannya. Tadi malam kita
mabuk berat. Aku benar-benar meminta maaf.”
Aku hanya berlutut di lantai, tatapanku kosong. Apa aku gay
sekarang? Dadaku berdetak kencang, wajahku benar-benar panas. Sedikit ada hal
yang aku ingat, yaitu ketika Rey menindihku dan mencumbuku. Astaga! Aku
benar-benar gila dengan perasaan aneh ini.
“Kau marah denganku? Ok, ini hakmu kalau kau marah dan
membenciku. Kau memecatku jadi sahabatmu pun aku rela…” ucapnya dengan suara
serak.
“Bodoh!” hanya itu yang bisa aku katakan.
Dia mendekat kemudian memeluk kepalaku di dadanya, “Maaf.
Pasti kau sangat berharap jika melakukan hubungan sex hanya dengan orang yang
kau cinta begitupun aku. Tapi aku tidak menyesal melakukannya, karena aku
sangat menyayangimu lebih dari apapun. Kau sahabatku yang paling mengerti
kondisiku, selalu ada buatku susah maupun senang, tidak pernah menuntutku,
rival terhebatku namun yang kau lakukan selalu yang terbaik untukku. Aku memang
sangat ingin menyentuhmu namun aku takut persahabatan kita hancur.”
Aku mendongakkan kepala mendengarkan ucapannya. Kukalungkan
tanganku di lehernya kemudian mengecup lembut bibir merahnya, “Emmhh… Aku juga
menyayangimu,” ucapku pelan kemudian memeluk lehernya, “Tapi bagaimana dengan
Aldy?” sambungku.
Tatapannya sayu, “Entahlah… Aku benar-benar bingung. Aku
juga sangat mencintainya.”
“Tidak perlu difikirkan. Cukup kau selalu ada untukku, aku
tidak akan menuntut kau harus memilihku,” ucapku atau lebih tepat bisikku di kupingnya
dengan menghembuskan sedikit nafasku. Dia tergoda, menengok wajahku kemudian
mencumbuku. Kami kembali bercinta pagi itu bahkan aku melupakan kuliahku hari
ini.
>>>>>>>>>>>
Hariku semakin berwarna semenjak aku dan Reyhan menjalin
kasih. Tidak lagi aku merasa menjadi orang yang kesepian karena menjomblo
sekian lama. Bersama Reyhan dulu memang seru, namun tak seseru sekarang. Aku
bisa merasakan menjadi orang yang berharga dan penting ketika Reyhan dengan
tidak bosannya terus mencumbu dan memanjaku. Berat memang jika harus menjalani
hubunga secara diam-diam begini, tapi aku tetap menikmatinya walaupun posisiku
sangatlah tidak elit, aku seorang selingkuhan.
Perasaan nyeri pun sering muncul ketika Aldy harus
berkunjung dan bermesraan tepat di depan mataku. Ini hal biasa yang mereka
lakukan dua tahun terakhir, kehadiranku tidaklah pernah dianggap jika mereka
sudah bersama. Meskipun Aldy pemuda yang sangat dingin dan keras tetapi dia
memiliki wajah yang imut, dia cuek namun cerewet jika sudah menghadapi Reyhan.
Hubunganku dengan Aldy tidaklah bagus, tentu saja karena persaingan kami yang
begitu ketat di bidang olah raga terutama basket. Aldy selalu bersikap dingin
padaku dan sengaja manja di depan Reyhan jika kami bertiga dipertemukan. Dulu, hal
itu tidak membuatku keberatan. Namun semenjak aku dan Reyhan menjalin kasih,
rasa sayang dan cintaku semakin besar padanya dan itu membuatku sakit.
Hari ini membuatku cukup khawatir karena sakit types Reyhan
kumat. Badannya lunglay tidak berdaya, namun selalu memaksakan senyumnya
untukku. Aku menghubungi Aldy agar dia datang ke tempat kost menengok keadaan
Reyhan. Setelah bubur ayam yang kumasak telah masak aku pun membawanya ke
hadapan Reyhan, kutiup hingga bubur itu dingin.
“Ayo makan?” pintaku sambil menyodorkan sendok.
Tapi Reyhan hanya menggeleng, “Mulutku sangat pahit.
Benar-benar tidak bernafsu.”
“Sedikit saja please?” aku kembali menyodorkan sendok namun
Rey menggepak tanganku dengan kasar hingga sendok yang kupegang terlempar. Aku
mendengus kesal.
“Kau itu keras kepala sekali bodoh, bisakah kau menurut demi
kebaikanmu?” kataku sambil mengenggam tangannya. Dia hanya diam dengan tatapan
sayu. Perlahan dia menarik tangan dan tubuhku hingga aku membaringkan kepalaku
di dada bidangnya. Dielusnya rambut biruku dengan lembut dan sekali-kali
mengecup puncak kepalaku, aku begitu damai. Rey andai kau tau betapa bahagianya
aku saat kau memanjaku seperti sekarang.
Kreekk…
Pintu terbuka, Aldy melihat cukup jelas posisi kami yang
tidak normal tadi dan dia membanting keras pintu. Aku terbangun, kutatap Aldy
yang juga menatapku dengan pandangan membunuh.
“Asik ya…” ucapnya menyindir.
Bibirku dan Reyhan hanya terkunci. Dia menatap sendok yang
tadi terlempar, diambilnya sendok itu dan menyodorkannya padaku, “Ganti dengan
sendok baru,” katanya dingin.
Aku hanya mengangguk dan bangkit dari tempat dudukku. Aku
pergi ke dapur sebentar kemudian membawa sendok baru seperti yang Aldy
perintahkan.
“Kau sebaiknya makan ya?” kata Aldy lembut pada Reyhan
dengan senyuman hangat. Aldy menyuapi Reyhan sedangkan Rey membuka mulutnya
tanpa beban. Betapa irinya aku melihat dengan mudahnya Aldy menaklukkan Reyhan.
Ditambah lagi usapan lembut yang Reyhan berikan pada pipi dan bibir Aldy seolah
membuat jantungku tertusuk belati yang sangat tajam. Posisiku… sangatlah buruk.
Aku hanyalah sebatang benalu yang menempel pada suburnya hubungan indah mereka.
Akankah aku dan Reyhan bisa selalu bertahan menyembunyikan cinta terlarang ini?
Haruskah aku mundur sebelum semuanya terbongkar? Tapi bagaimana pun aku mencoba
menghilangkan perasaanku pada Rey, tidak
akan berarti jika kami terus bersama. Rey… Aku belum mampu jika harus
melepaskanmu.
Di sela-sela lamunanku aku dikejutkan dengan suara HPku.
Kulihat ternyata dari pelatih basket. Aku mengangkat telepon tadi dan hanya
bergumam pelan atas semua yang dikatakan pelatih kemudian kumatikan telepon
tadi.
“Reyhan, Aldy, aku ada keperluan di luar. Aku tinggal dulu.”
“Hmm… Hati-hati,” ucap Aldy datar sedangkan Rey hanya
mengangguk dan tersenyum lebar.
>>>>>>>>>>>
“Jadi tujuan kami memanggilmu kemari ingin memberitahukan
bahwa ada pelatih basket dari Cina yang sangat tertarik dengan skilmu, katanya
dia akan membayar mahal jika kau bergabung pada timnya. Tapi semua keputusan
ada padamu nak,” kata pelatih dengan senyuman masamnya.
Aku terdiam sejenak memikirkan dampaknya jika aku harus
pergi ke Cina, “Bagaimana dengan kuliahku pak? Aku sudah semester 4 dan tinggal
2 semester lagi akan wisuda.”
“Cuti saja dulu, ilmu bisa kau kejar kapan saja. Tapi
kesempatan emas ini tidak akan datang dua kali, kejarlah harta selagi muda dan
kau mampu mengejarnya. Pikirkan baik-baik.”
Aku mengusap daguku, “Baiklah, aku terima kesempatan ini pak
pelatih.”
Dan kami pun tersenyum.
>>>>>>>>>>>>>
Pagi yang cerah, namun angin sejuk bertiup kencang dari
sungai. Kuhirup udara segar pagi ini, kujuntaikan kakiku di sebuah dermaga yang
terdapat di samping tempat kostku dan Reyhan. Seminggu lagi, aku tidak akan
merasakan suasana indah di Indonesia ini. Pahit, manis, dan asamnya kehidupan
aku rasakan bersama Reyhan di Indonesia selama 23 tahun ini. Persahabatan kami
dimulai dari orang tua kami sampai kami pun melanjutkan persahabatan ini namun
sayang, aku menyalahi kodrat.
“Hei… kau sedang apa di dermaga pagi-pagi begini?” Tanya
Reyhan yang langsung duduk di sampingku.
“Hanya menikmati detik-detik terakhir di Indonesia,” ucapku
datar tanpa menoleh ke arahnya.
Dia menarik daguku agar bertatap mata dengannya, “Maksudmu?”
tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Aku akan ke Cina minggu depan. Aku dibeli agar menjadi
pemain basket di sana.”
“Kenapa kau tidak memberitahukanku dari awal?” katanya
sedikit membentak.
“Aku pun baru tahu, Rey.”
Ditariknya pinggangku dan memelukku sangat erat bahkan
hingga aku sulit bernafas, aku juga dapat merasakan bibir lembabnya menyentuh
tengkukku yang membuatku memejamkan mata nikmat. Dia melepaskan pelukan, kami
saling tatap kemudian mendekatkan wajah, bibir kami bersentuhan dengan lembut.
Lembut dan hangatnya ciuman indah itu membuat kami memajamkan mata…
“Jadi ternyata perasaanku tidak salah?” tanya suara dingin
dari arah samping kami. Aku membuka mata dan telah menemukan si rambut merah
menatap kami dengan mata berkaca-kaca dan menandakan kesedihan yang teramat
dalam. Kami terdiam, rasanya begitu terkejut harus dipergoki seperti ini. Tanpa
banyak bicara Aldy langsung menarik tanganku, berlari menculikku dan
memasukkanku dengan paksa dalam mobil merahnya. Reyhan berteriak-teriak pada
kami tapi tidak dihiraukan Aldy dan dia tancap gas dengan begitu cepat.
“Ka-kau mau apa?” tanyaku panik karena dia mengendarai
mobilnya dengan kecepatan di luar batas.
“Kita akan mati bersama,” katanya datar.
Mataku langsung sayu dan tidak bisa lagi membela diri, dia
sangat membenciku. Kutatap wajah dinginnya, dia meneteskan air mata tapi tetap
fokus menyetir meski dengan kecepatan maut.
“Maaf…” lirihku.
“Oh…” responnya sangat dingin.
“Tadi itu… Hanyalah ciuman perpisahan. Kau tidak perlu
cemburu.”
“Ciuman perpisahan? Semesra itu?”
Rasanya tenggorokanku tercekat, tidak mampu untuk memberikan
argument yang tepat. Mungkin inilah akhir hidupku, “JELASKAN JIKA KAU MAMPU
JELASKAN!” bentaknya dengan keras dan tentu saja butiran bening itu terus
mengalir di pipi pucatnya.
“Sejujurnya aku memang mencintai Reyhan. Tapi aku sadar
Aldy, cintanya denganmu jauh lebih besar. Aku hanyalah benalu, dan kau pantas
membenciku. Tapi, minggu dapan aku akan pergi ke Cina. Hatiku mantap
meninggalkan Reyhan begitupun ragaku. Kumohon, maafkanlah Reyhan. Beri dia kesempatan
kedua. Dia sangat mencintaimu melebihi dirinya sendiri dan aku hanyalah tempat
pencurahan hatinya.”
Tatapan Aldy menjadi sayu. Kemudian, dengan bringas dia
membalikkan mobil merahnya, dengan kecepatan yang lebih tinggi dia mengantarku
kembali ke tempat kost dengan selamat, “Kau tidak mau mampir?” tanyaku sambil
menengok jendela mobilnya. Dia hanya mengangkat telapak tangannya sebagai
pengganti kata ‘Bye’ kemudian kembali melajukan mobilnya.
Saat aku memasuki kost, Reyhan menatapku khawatir dan mengintrogasiku.
Namun perasaannya sedikit lega setelah mendengar cerita dariku tentang kejadian
di mobil tadi. Aku duduk, kuraih gitar biruku dan menggenjrengnya, kemudian
kukeluarkan suaraku yang memilukan, lagu yang kulantunkan untuk Reyhan jauh
dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Jreng…
Aku bisa terima meski harus terluka
Karnaku terlalu mengenal hatimu
Aku telah merasa dari awal pertama
Kau takkan bisa lama berpaling darinya
Ternyata hatiku benar
cintamu hanyalah sekedar tuk sementara
Akhirnya kita harus memilih, satu yang pasti
mana mungkin terus jalani cinta begini
karena cinta tak akan ingkari tak kan terbagi
kembalilah pada dirinya biarku yang mengalah
aku terima
ku tak bisa terima, bila terus tak setia
menghianati dia menduakan cinta
ternyata hatiku benar cintamu hanyalah sekedar tuk sementara
akhirnya kita harus memilih satu yang pasti
mana mungkin terus jalani cinta begini
karena cinta tak akan ingkari
takkan terbagi
kembalilah pada dirinya
biarku yang mengalah aku terima…
Reyhan menangis dan memelukku, “Lepaskan aku dan kembalilah
padanya,” lirihku. Dia hanya mengangguk di bahuku.
-Seminggu kemudian-
Aku menyeret koper biruku, sebelum masuk ke pesawat aku
kembali menengok ke belakang. Kutatap dua insan yang sedang jatuh cinta itu. Mereka
telah berbaikan dan bisa menikmati hidup tanpa gangguanku mulai sekarang.
Kuangkat tangan Aldy kemudian menyatukan tangannya pada tangan Reyhan, “Aku
titip dia. Jaga dia baik-baik, Aldy,” kataku sambil memaksakan senyuman.
“Tanpa kau suruh pun aku akan melaksanakannya,” balas Aldy.
Mereka tersenyum dan akhirnya aku bisa meninggalkan Indonesia tanpa beban.
Sedih? Itu pasti, tapi aku percaya tuhan punya rencana yang
lebih menakjubkan di depan sana. Dan akhirnya aku bisa menjadi bintang basket
kaya setelah berlatih 3 tahun di negri orang, pasangan hidup pun aku dapatkan,
yaitu seorang gadis cantik yang sama cerianya dengan Reyhan, semua yang ada
padanya selalu mengingatkanku pada Reyhan namun aku sangat menyayanginya tanpa
beban.
END
Thanks sudah baca. bagaimana? Komentar please, karena
komentar kalian adalah nafas dan semangat admin yanz yang membuat yanz bertahan
menulis detik ini, dan komentar kalian adalah penghargaan yang sangat berarti
buat yanz.
Numpang promo FB: http://m.facebook.com/daniel.yanuar4/
berlangganan FBku please? Kalau ada keperluan kalian bisa menghubungiku
langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar