Rabu, 16 Mei 2012

Salah Naksir Orang Gue


Salah Naksir Orang Gue
By: Yanz (FB: yanzjaejoong@yahoo.com)

Annyeonghasaeyo, moshi-moshi, gue Yanz kembali lagi, kali ini dengan cerita pendek satu part tamat. Sebelumnya gue berterimakasih sama senior gue Ichikawa Show, Aikawa Saki dan Kucing Perak yang sudah ngasih gue inspirasi buat cerita kali ini, semoga cerita gue kali ini juga ngehibur kalian, wokeeh mendingan kita mulai ceritanya…

Cerita bermula saat seorang cowok muda bernama Rio baru masuk SMA,bokap dia nih adalah seorang master taekwondo, sedangkan dia sendiri sudah sabuk hitam dalam martial art tersebut, nah jadi dia niatnya mau meninggalkan dunia kekerasan karena dia mau jadi anak baik-baik di SMA, mau hidup normal tanpa kekerasan.

Karena banyaknya siswa-siswi baru, para senior dan guru pun pada sibuk mempromosikan club alias ekstrakurikuler masing-masing, ‘gue harus ambil club paling popular nih, karena gue harus jadi idola’ batin Rio.

Saat Rio sibuk clingak clinguk kaya anak ayam kesasar nyariin induknya tiba-tiba ada yang nyapa dia, “Hei bro, kita sekelas kan?” sapa pemuda berambut coklat tersebut.

“Yoa bro.. oiya gue lupa nama lu, gue Rio,” balas Rio sambil menyodorkan tangannya.

“Gue Hasan, eh lu sudah nentuin masuk club mana belum?”

“Belum bro, lu sendiri milih apa?”

“Ikut club taekwondo aja lah sama gue, gue denger seniornya cakep-cakep dan keren, kali aja kita kecipratan keren…”

“Emang bisa gitu?” Tanya Rio dengan wajah bego.

“Ya bisa lah bro, kalau kita bergaul dengan kumpulan orang popular otomatis kita ikutan popular!” kata Hasan bersemangat sambil nyeret-nyeret Rio dengan nistanya ke grombolan anak-anak yang ngebet daftar club taekwondo.

“Ogah ah gue… gue gak suka kekerasan,” kata Rio berontak sambil berusaha keluar dari gerombolan. Namun, waktu Rio keluar dia ketabrak seseorang bertubuh tegap, dia Cuma sedada tuh orang sampai-sampai dia harus ngedongakin kepala buat ngelihat siapakah gerangan orang yang dia tabrak.

“Guys, gue sudah nemuin orang yang cocok buat jadi manager club taekwondo kita,” kata cowok tinggi tersebut sambil ngangkat badan Rio ke bahunya sampai-sampai semua orang dapat ngelihat dia.

“Hei lu! Apa-apaan lu? Seenak lu saja nyuruh gue jadi manager, itu tugas cewek dan gue gak minat ngerjain hal yang gak penting begitu.”

“Lu ingat gue gak Rio matsumoto?”

“Dari mana lu tau nama gue?”

“Gue Divian Anggara, masih gak ingat lu?”

“Gak ingat gue, orang gak penting kali lu makanya gue gak ingat.”

Divian langsung menurunkan tubuh Rio dan mengacak-acak rambut Rio dengan kasar, “Lu harus terus bersama gue sampai lu ingat siapa gue, satu hal lagi, panggil gue senior.”

Rio menatap tajam seniornya tersebut dan Divian menarik kerah bajunya dengan kasar, pengen sih si Rio ngeluarin jurusnya Cuma dia ingat tujuannya di sma, kalau dia harus jadi anak baik dan menghindari kekerasan jadi dia pasrah aja di seret-seret kaya karung beras.

Oiya gue sebagai narrator lupa satu hal yaitu mendiskripsikan fisik sang pemeran, si Rio adalah cowok keturunan jepang bertubuh mungil dari cowok kebanyakan namun lincah, kulit putih dan bertampang cute, dulunya dia kasar namun sekarang dia mau berubah jadi cowok ramah dan idola sekolah, dia anak kelas X.1, dia juga selalu menyapa siapa saja dan suka tersenyum sehingga di sma ini dia sangat gampang bergaul terutama sama cewek, begitu banyak cewek-cewek yang mengkrubutin dia kaya lalat.

Sedangkan Divian adalah cowok cute namun bertatapan cool dan bersikap cool juga, dia punya badan yang awesome, tinggi, kurus namun padat. Walau terkenal sebagai senior yang dingin dan kejam tapi dia sangat popular terutama dikalangan cewek coy..

Rupanya tadi si Rio ditarik ke basecamp anak taekwondo, “Tugas pertama lu, bersihin nih ruangan,” perintah Divian dengan suara lantang.

Disela-sela tugasnya, Rio dapat perintah lagi dari Divian, “Jagain nih marmut kesayangan gue Ciku, kalau dia kenapa-kenapa, kepala lu yang jadi taruhannya,” ancam Divian.

‘Dasar senior kejam, gak berperasaan dan seenaknya!!!’ gerutu Rio dalam hati.

“Hei bro… enak gak jadi pembantunya anak taekwondo? Hahahaha..” ejek Hasan.

“Kampret lu…”

“Makanya jangan ngeyel… diajakin masuk club taekwondo malah gak mau, tapi ujung-ujungnya lu jadi keluarga taekwondo tapi kalau gini kan posisi lu sama sekali gak keren.”

Rio Cuma mengernyitkan dahinya sambil menyumpah-nyumpahin temennya yang kampungan and kebelet gaul tersebut dalam hati.

“Apaan nih bro? unyu banget…” Tanya Hasan sambil menatapi kandang kecil si marmut bernama ciku tersebut.

“Itu peliharaan si Divian brengsek…”

“Walah.. galak-galak begitu rupanya dia penyayang juga ya bro..”

“Penyayang apaan, paling tuh marmut jadi makanannnya sehari-hari..”

“WOI RIO!!!” teriak Divian dari luar yang bikin dia kaget setengan idup, dia fikir Divian dengar pembicaraannya sama Hasan.

“A-apa senior?” Tanya Rio sambil berlari mendekati Divian.

Di sisi lain si Hasan menatapi ciku si marmut unyu dengan seksama, namun gak lama kemudian Rio datang, “Eh Hasan, jagain bentar ya tuh marmut, gue disuruh belanja minuman ke depan, bentar aja kok.”

“SIP BRO!!!” kata hasan bersemangat.

Rio gelisah banget karena antrian di kasir mini market tersebut  lumayan panjang, sampai pada akhirnya uang koin yang dia genggam malah jatuh, “Firasat buruk nih..” gumamnya pelan.

Rio terus menggerakkan kakinya kaya lari di tempat karena gelisah, sekali-kali dia teriak, “CEPETAN WOI!!!”

@@@@@@@@@@@@

Sesampainya di basecamp Rio malah mendapati teriakan Hasan, “GAWAT BRO!!!”

“Gawat apaan?” Tanya Rio ikutan panik.

“I-itu… Ciku Ciku… dia tewasss huaaaaa…”

“WHAT THE FUCK…. Bagaimana bisa? kan barusan gue pesanin lu jaga tuh Ciku dengan baik, tapi kenapa malah lu matiin sih!!! Padahal gue pergi gak nyampe setengah jam!”

“Sorry bro, awalnya sih gue lihat Ciku mangap-mangap, gue fikir doi kehausan jadi gue bawa doi ke toilet, niatnya gue mau kasih doi minum di lubang kloset tapi si Ciku malah nyemplung huaaa! Karena panik, gue malah siram tuh kloset sampai Ciku kelelep, namun dengan gesit Gue berusaha selametin Ciku dengan cara ngorek-ngorek tuh lubang kloset pakai tangan gue sekuat jiwa dan raga, dan gue berhasil meraih tubuh lembut Ciku, tapi doi tewas bro… HUAAA!!!!”

“ELOOOH!!! ARRGGGGHHH BEGO LU EMANG GAK KETULUNGAN YAA…” teriak Rio frustasi.

“Sorry bro, gue gak sengaja huaaaa…” kata Hasan sambil mewek dan ciumin kaki Rio.

“Apaan sih teriak-teriak?!!” Tanya Divian yang berada di ambang pintu.

Mereka berdua, Rio dan Hasan langsung membatu dan memasang mimik yang bisa digambarkan begini (ºДº )  dan dengan begonya si Hasan memperlihatkan marmut coklat putih yang sudah tewas tersebut di depan hidung Divian.

“APA YANG LU BERDUA LAKUKAN SAMA CIKU!!!!”

“Maaf senior, itu bukan salah gue tapi Hasan yang bunuh Ciku!” Rio membela diri.

“Maafin gue bang! Gue kaga sengaja…” teriak Hasan histeris sambil sujud-sujud di depan Divian.

“LOH BERDUA, PUSH UP 100 KALI!!!!” teriak Divian dengan murka.

“Tapi senior, ini bukan salah gue,” bela Rio.

“Siapa yang gue kasih tanggung jawab heh? Sekarang push up 150 kali, protes sekali lagi gue kasih seribu kali.”

“SIAP!!” kata Rio dan Hasan barengan. Mereka berdua push up sekuat tenaga sampai bengek dan mangap-mangap kaya ikan kehabisan air. Di sisi lain Divian mewek-mewek meratapi kepergian Ciku nan mungil tak berdosa tersebut telah tewas dengan laknatnya di tangan juniornya.

Selesai menguburkan Ciku di samping ruang basecamp si Hasan dan lain pun pulang sedangkan Rio masih membereskan ruangan dan mengemasi peralatannya, “Hey..” sapa sebuah suara yaitu suara gue yang mengagetkan Rio.

“Ah… hay juga..” balas Rio yang sedikitt shock.

“Kenalin, gue Yanz. Gue temen deketnya Divian, gue dapat banyak cerita nih tentang lu dari Divian,” crocos gue sok akrab.

“Salam kenal senior Yanz.. hmm Divian cerita apa tentang gue?” tanyanya bingung.

“Dia bilang lu temennya waktu kecil sekaligus cinta pertama dia makanya dia langsung kenal lu tadi karena lu gak banyak berubah katanya, chiee hehehe.. si Divian tuh selalu setia nungguin ketemu lu dari kecil, katanya dulu elu pindah ke jepang waktu umur enam tahun jadi kalian berpisah.”

“Gue… gue bener-bener gak kenal Divian, sumpah senior. Mungkin dia salah orang.”

“Hahaha biar Divian yang jelasin entar, gue jalan dulu ya?!” kata gue sambil berlalu dari hadapan Rio.

Rio berdiri terpaku menatap dinding, dia berusaha mengingat-ingat tapi tak satu pun ingatannya tentang Divian yang dia ingat, ‘Hah… apa mungkin gue orang yang sama dengan yang Divian maksud?’ batinnya.

“Kok belum keluar-keluar? Lama amat sih lu,” Tanya Divian yang nyelonong dari depan pintu, Rio fikir si Divian sudah pulang, ternyata dia masih ada buat nungguin Rio.

“Dari tadi lu di situ, senior? Jadi lu dengar pembicaraan gue sama Yanz tadi kan, maksudnya apaan? Gue gak ingat sumpah.”

“Apa? Jadi sampai detik ini pun lu gak ingat? Keterlaluan, kayanya gue harus ngasih lu hukuman supaya lu ingat gue.”

Divian melangkah mendekati Rio kemudian dia genggam bahu Rio dengan erat dan mendekatkan wajahnya sehingga mereka berciuman dengan kasar, “Enghhh… aaaah… lu… enghh..” Rio berusaha berontak dan mendorong dada Divian sekuat tenaga sampai Divian terpental.

“Ekh.. rupanya lu masih kuat kaya dulu, mugkin sekarang lu lebih kuat.”

“Sebenarnya lu siapa? Gue bener-bener gak ingat, sumpah demi tuhan gue gak kenal lu!”

Divian kembali mendekat dan menjentik hidung Rio, “Dasar bodoh..” katanya dingin, kemudian dia berbalik dan melemparkan selembar foto kebelakang dan disambut oleh Rio.

“I-ini…” kata Rio gugup dan terpaku sama selembar foto tersebut.

*Flashback*

“Hyaaaattt!!!” teriak Rio sambil mengahajar anak-anak nakal di hadapannya sampai mereka babak belur dan berlari sambil mewek.

“Te-telima kacih… udah celamatin akuuh… nama kamuh ciapa?” Tanya anak kecil berambut pirang sebahu berbaju kaos putih dengan gambar Doraemon itu dengan wajah merona ke Rio.

“Nama akuh lio, kamuh gak ucah takut lagiih cama anak-anak nakal ituuh kalena aku akan celalu jaga kamu ehehehe… ciapa nama kamuh?”

“Na-nama akuuh… Vi… emmm Vi… ukhh…”

“Ok akuh panggil kamunya vivi-chan yahh? Kamuh cantik banget, aku cukaa..” kata rio sambil mencium pipi anak itu.

*End flashback*

“Ini kan Vivi-chan…  jangan bilang kalau ini elu?”

“Iya, itu gue di masa lalu, waktu itu gue mau nyebut Vian tapi lu malah nyerocos dan selalu manggil gue Vivi.”

“Tapi tetangga gue yang namanya Vivi ini cewek, bagaimana bisa lu? rambutnya pirang dan panjang pula, Vivi itu cewek.”

“Itu kan penampilan gue di masa lalu bego… sekarang rambut pirang gue dipotong.”

“Jadi, dulu salah naksir orang gue!!!”

“Huh…” Divian mendengus kesal dan melangkah meninggalkan Rio, namun tiba-tiba Rio menerjangnya dan memeluk pinggangnya dari belakang.

“Gue gak nyangka, lu sangat berubah sekarang, tapi begitu tau lu Vivi dada gue kembali menggebu-gebu kaya dulu.”

Divian tersenyum lembut dan menggenggam tangan Rio yang memeluk pinggangnya, “Thanks masih mau nerima gue.”

“Tangan lu gede banget ya sekarang, gue juga kalah tinggi… wah wahh…”

Divian membalikkan tubuhnya, dia membungkukan tubuhnya agar sejajar dengan Rio dan mengecup bibir Rio dengan lembut.

THE END.

NP: bagaimana cerita gue kali ini? >/\< mohon review alias komentarnya yaaa… add juga FB baru gue yanzjaejoong@yahoo.com

1 komentar:

  1. Gan, semua cerita lu bagus2 ada yg sedih kebangetan sm ada yg kocak bikin perut sakit + disangkutpautkan dengan anak Otaku~ btw di cerita2 yg lain ada gay tpi dia jg seorang gamers. Emang ada ya gamers yg gay? Selama gue main game online gue g prnh nemu orang yg begitu. Palingan Hode -,-

    BalasHapus