Selasa, 15 Mei 2012


Kenangan Bersama Rendy
By: Yanz
Catatan: ini cerita pengalaman  nyata dari sodara Indimas Fauzy Fawas, tapi mohon maaf jika kurang memuaskan Dimas dan sedikit ada perbedaan nantinya. Jika kalian punya cerita atau pengalaman menarik aku bersedia membuatkan cerita atau mengeditkan cerita buatan kalian, kalau aku ada waktu. HAPPY READING~

Siang yang begitu terik membuatku berkeringat dan menyeka keringat yang menetes di dahiku. Namun cuaca yang extrim ini tak membuatku putus semangat mengejar mimpiku. Hari ini adalah debut pertamaku untuk menjadi seorang foto model di agency milik ayahku. Namaku Indimas Fauzy Fawas, 14 tahun, namun panggil saja aku Dimas.

Aku berlarian di lantai keramik putih itu karena semangatku yang membara, dan aku membuka pintu yang telah di tunjukkan receptionis (bener gak tulisannya?) tadi. Ketika masuk aku telah di sambut sang photographer dan seorang pemuda tampan dengan senyuman merekah.

“Oh… Nak Dimas?” Tanya photographer itu.

“Iya, benar om, saya Dimas,” jawabku sesopan mungkin sambil menuntukkan senyum termanis.

“Saya Bram, dan ini perkenalkan partnermu Nak Rendy.”

“Salam kenal Om Bram, salam kenal Kak Rendy,” kataku sambil menyalami mereka secara bergantian.

Om Bram pun menyiapkan kameranya sedangkan aku dan Rendy berbincang-bincang sejenak sambil mendekatkan diri. Kesan pertama yang Rendy tunjukkan adalah dia seorang pemuda yang ramah dan supel, itu membuatku merasa nyaman berpartner dengan pemuda 19 tahun itu.

Setelah selesai berfoto untuk promosi sebuah produk pakaian aku pun memberesi tasku, “Dek, ponimu basah,” kata Rendy sambil menyeka keringat yang ada di dahiku.

“Hehehe… iya kak, panas sekali soalnya.”

“Sudah siang rupanya. Bagaimana kalau kita makan bareng? Nanti aku traktir.”

“Waw… boleh tuh kak!” balasku dengan semangat.

Kami pun berjalan santai di koridor sambil mengobrol dan mengakrabkan diri. Sampainya di parkiran aku begitu terpesona melihat penampakan mobil sport yang sangat kinclong yang dia bawa! Waah, benar-benar hebat, sudah ganteng, keren, baik kendaraannya serasi pula. Gadis mana pun pasti akan klepek-klepek dibuatnya, andai aku perempuan aku mau jadi pacarnya hehe… lumayan buat dipamerkan.

Kami pun pergi ke sebuah restoran cina dan memesan banyak makanan di meja bundar yang bisa berputar. Mataku benar-benar dipuaskan dengan makanan siang ini. Selesai makan dia mengeluarkan uang Rp.600.000 aku jadi merasa tidak enak karena harus menyantap makanan semahal dan semewah ini tapi dia sama sekali tidak keberatan dan menenangkanku supaya aku tidak terlalu memikirkan hal yang menurutnya tidak penting itu.

Setelah itu dia mau mengantarku pulang. Dia juga menawarkanku menyetir, walau sedikit ragu tapi aku mencobanya. Tentu akan aman jika ada sang ahli di sebelahku. Dan sesampainya di rumah aku menawarkannya masuk hanya saja dia menolak dan pamit duluan. Masih tercetak jelas wajahnya di pandanganku walau dia telah meluncur.

Oiya, sebelumnya kami sempat bertukaran nope jadinya walau beberapa hari ini kami tidak dipertemukan dalam satu projek tapi kami tetap kontak dengan lancar. Hingga pada suatu hari akhirnya kami dipertemukan kembali dalam suatu projek yaitu fashion show pakaian remaja. Aku begitu tersantung bisa mendapatkan kesempatan muncul di depan umum dengan debut awalku ini.
Aku dan para model lain bejalan dengan tampang datar namun dengan indahnya di catwalk, jantungku rasanya berdesir bahagia bisa berkesempatan di lihat banyak orang.

Selesai fashion show aku pun masuk ke ruang ganti. Saat aku buka tirai, aku terkejut dan malu ternyata di dalamnya ada Rendy yang sedang membuka baju, terlihat cukup jelas perutnya yang six pack dan tengannya yang kokoh, kemudian dengan cepat dia memakai baju, “Ma-maaf kak. Aku tidak tau,” kataku malu.

Dia hanya tersenyum kemudian menarik pinggangku ke dalam ruang ganti dan menutup tirai. Aku sedikit bingung, kenapa dia melakukannya? Perlahan dia mengusap rambutku, aku mendongak untuk melihatnya yang lebih tinggi dariku.

“Dimas, kakak mau bilang kalau kakak cinta kamu. mau kan jadi pacar kakak?” katanya sambil menangkup kedua pipiku.

Aku tercengang, menatapnya lekat dan mulutku sedikit terbuka. Saat itu aku masih normal dan polos, tapi pesonanya membuat pertahananku runtuh. Tanpa banyak bertanya aku langsung menganggukkan kepala. Dia tersenyum lebar kemudian memeluk tubuh mungilku dengan sangat erat.

“Terimakasih dek, kakak akan jaga kamu baik-baik.”

“Sama-sama kak. Aku sangat terkejut karena ini pengalaman pertamaku,” ucapku dengan senyuman polos. Ternyata, tanpa menjadi wanita pun aku bisa memilikinya, aku sangat senang.

>>>>>>>>>>>>>> 

Keesokan harinya dia meneleponku. Katanya dia ingin mengajakku ke suatu tempat yang sangat dia favoritekan. Aku hanya menurut dan menunggu kedatangannya. Tidak sampai 30 menit semenjak dia meneleponku akhirnya kedatangannya muncul. Dengan senyum yang merekah aku berjalan mendekatinya, “Kita mau ke mana kak?” tanyaku.

“Kamu ikut saja, kakak akan membawamu ke suatu tempat yang sangat indah.”

Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobilnya. Cukup lama buat kami sampai ke tujuan yang aku tidak tau entah kemana, di perjalanan sepertinya pemukiman mulai sepi, yang kulihat hanyalah perkebunan dan pepohonan rimbun, tapi saat kubuka jendela udaranya sangat sejuk dan menenangkan perasaanku. Setelah kurang lebih sejam perjalanan Rendy pun menyuruhku turun. Kami kembali berjalan cukup jauh, kulihat Rendy membawa sebuah tas besar yang entah apa isinya dia tidak mau memberitahukannya padaku. Setelah sampai ke tempat tujuan, mataku tercengan dan terpesona akan indahnya danau hijau nan luas yang dikelilingi tebing hijau itu. Dia sangat romantis mengajakku ke tempat seindah ini, “Kau bisa lihat papan di tengah danau yang dihiasi indah bagaikan tempat tidur pengantin di sana?” tanyanya.

“Iya, aku lihat kak, apa itu.”

“Itu tujuan kita. Makan siang di tengah danau, menghirup udara segar nan alami dan menikmati makanan yang kubawa di tas besar ini. Tapi sebelumnya kita naik perahu kecil itu dulu,” katanya sambil merangkulku.

Kami pun naik  ke perahu dan mengayuh cukup jauh, capek memang tapi keindahan ini bersama Rendy dapat membayar kelelahanku beberapa jam ini. Dia tersenyum jahil kemudian mencolek hidungku, “Loh ada apa kak?” tanyaku dengan tatapan polos bagaikan kucing.

“Kau lucu sekali, aku jadi merasa gemas,” ucapnya sambil mendekatkan tubuh dan mengecup hidungku. Aku tersenyum malu, rasanya pipiku memanas karena perlakuannya.

“Jangan membuatku malu kak!” kataku sambil menggembungkan pipi. Dia kembali tersenyum terkekeh kemudian mengelus dahiku dan mengecup keningku. Aku benar-benar merasa damai bersamanya saat ini. Andai waktu bisa berhenti aku ingin selalu bersamanya, merasakan ciumannya, pelukannya, sentuhannya dan semua tentangnya yang bisa membuat hatiku tergelitik.

“Kita sudah sampai dek!” dia pun membantuku naik ke papan mengambang itu dengan mengangkat sedikit pinggulku dan akhirnya aku sukses naik disusul dengannya. Di papan yang cukup luas dan bisa di tiduri 4 orang itu tersedia meja bundar kecil, dengan 2 bangku yang berhadapan, ada tiang dan atapnya, di sisi tiang dihiasi bagaikan tempat tidur pengantin dengan tirai hijau. Aku benar-benar senang.

Dia mengeluarkan makanan yang telah dia bawa dan menyusunnya di atas meja. Kami duduk berhadapan dan menyantap makan siang begitu nikmat saat itu, “Dek, kakak suka kamu, kakak sayang kamu, kakak cinta kamu. Jangan ragukan perasaan kakak ya?”

Aku tersenyum, “Iya kak, aku juga sayang kakak,” kataku sambil menyuapinya pudding.

Sejam saja dia bisa membuatku jatuh cinta. Aku harap dia akan selalu baik begini tanpa berubah, karena aku sangat menyukai saat-saat sekarang yang tidak pernah sebelumnya ada orang sebaik dan seistimewa dia yang memperlakukanku bagaikan raja. Dia kembali mengelus pipiku dengan lembut, aku memejamkan mata merasakan sentuhannya. Dia berdiri dan mencondongkan badannya ke arahku dan mengecup bibirku dengan lembut, aku masih memejamkan mata dan merasakan sentuhan bibir lembutnya di bibirku kemudian aku membuka sedikit mulutku. Dapat kurasakan lidahnya melesat masuk dalam mulutku dan kami saling melumat dengan penuh cinta.

>>>>>>>>>>> 

Setahun pun sudah kami lewati, bukannya tanpa halangan, begitu banyak rintangan dan masalah yang benar-benar menguji kesabaran kami tapi kami tetap bertahan dengan rasa cinta yang sama sekali tidak pernah berubah. Hari ini tepat ulang tahunku yang ke 15, namun tak jua ada kabar darinya. Aku begitu kecewa, apa dia melupakan hari terpentingku? Semangatku kembali memuncak saat kudengar HPku berbunyi dan dengan cepat aku berlari mengejar HPku.

“Halo?” ucapku semangat saat aku melihat sang penelepon adalah Rendy.

“Kamu teman dekatnya Rendy? Maaf, aku mau bawa kabar buruk. Rendy kecelakaan.”

“A-apa? Bagaimana bisa?” tanyaku khawatir.

“Dia balapan dan tabrakan, sekarang kau ada di mana? Aku akan menjemputku dan mengantarmu ke rumah sakit.”

Dan aku pun menunggu di depan teras setelah memberitahukan alamat rumahku pada pemuda yang meneleponku tadi, inilah yang kutakutkan selama ini… dia begitu liar dan sangat suka balapan, meskipun aku melarangnya tetap saja tidak dia anggap. Kututup wajahku dengan kedua tangan, rasanya jiwaku langsung ikut terbawa pergi oleh kabar ini, bahuku terus bergetar dan tidak bisa menahan isak tangisku walaupun sekuat tenaga aku tahan.

“Kau dek Dimas kan?”

“Iya…” ucapku singkat sambil mengusap wajahku yang basah.

Dia pun membawaku masuk ke dalam mobil silvernya. Sepanjang perjalanan aku hanya menatap jendela, air mataku tidak juga bisa berhenti mengalir walau kuseka berkali-kali. Pemuda di sampingku selalu berusaha mengajakku mengobrol namun aku hanya menjawab singkat. Semakin kulihat jalan aku semakin heran, kenapa malah menuju arah lembang bukannya RS.

“Kak, kau mau membawaku kemana?” tanyaku khawatir. Dia hanya diam dan tersenyum sinis. Aku jadi takut, jangan-jangan dia penculik dan aku ditipu! Aku panik dan berusaha memberontak tapi dia berusaha menenangkanku. Aku tetap celingukan mencari celah agar bisa kabur. Setelah cukup lama di perjalanan akhirnya dia menghentikan mobilnya.

“Ikut denganku,” katanya sambil menyeret tanganku.

“Kau mau membawaku kemana?” tanyaku sambil berontak. Tapi dia hanya diam dan menggendong badan mungilku. Dia membawaku ke sebuah gedung hotel bintang 5 dan membuatku semakin panik, jangan-jangan aku akan diperkosa! >.<

Dia menurunkan tubuhku di depan pintu hotel, kemudian membuka pintunya perlahan…

“SURPRISE!!! Happy birthday to you… happy birthday to you… happy birthday happy birthday, happy birthday to you!”

Sontak air mataku langsung berhamburan ketika melihat Rendy masih utuh dan tersenyum lebar di hadapanku, ada beberapa sahabatku juga hadir dan beberapa sahabat Rendy. Aku langsung berlari memeluknya dan memukul-mukul dadanya, “Jahat sekali kau mengerjaiku kak!” teriakku sambil terisak.

Dia mengangkat daguku dan menyeka air mataku, “Dasar cengeng!” cibirnya sambil menarik hidungku.

Akhirnya aku bisa kembali tertawa hari itu, aku fikir aku akan menangis dan menjadi gila sepanjang hidupku. Setelah acara makan dan beberapa games selesai beberapa temanku dan teman Rendy akhirnya pulang, sisalah aku dan Rendy yang tertinggal. Aku duduk di atas kasur hotel itu bersebelahan dengan Rendy. Tiba-tiba dia mengecup leherku dari samping yang membuatku terkejut. Dia menarik pinggangku hingga aku terbaring di kasur. Wajahku sangat panas saat dia menindihku dan jarak antara wajah kami sangat dekat. Dia mengecup keningku, hidungku, daguku, kedua pipiku dan terakhir bibirku. Kami bercumbu dengan mesra hingga akhirnya kami memberanikan diri untuk bercinta. Hari yang awesome buatku yang membuatku melayang bagaikan di surga.

>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

Entah apa kesibukan Rendy hari ini yang membuatnya tidak bisa mengantarku ke sekolah jadi aku pergi bersama supirku. Aku mengunyah roti isi yang kupegang, kutengok jendela menatap pemandangan sekitar dengan bosan.

BRUUUKKHHH!!! GRAAAAKKK!!! DGAARRR!!!

Aku terkejut mendengar suara ledakan yang ada di depan. Sepertinya terjadi kecelakaan beruntun di perempatan depanku. Supirku me’rem mobil dan mundur karena terlihat onderdil mobil dan motor beterbangan di udara karena tabrakan yang sangat dasyat. Aku panik dan meremas kursi supirku. Kulihat jalanan, terlihat sebuah mobil sport yang sangat aku kenali sedang terbakar dan berputar-putar kehilangan kendali hingga akhirnya menabrak sebuah truk dan masuk ke dalam kolong truk, ledakan kembali terjadi, mobil itu remuk…

“Hentikan mobilnya!” teriakku pada supir.

“Jangan den, kita harus pergi dari tempat ini, bahaya masih mengancam.”

“Kumohon pak, biarkan aku keluar!” kataku mengguncang-guncang kursi supirku.

Supirku masih mengunci pintu mobil dan menyuruhku menunggu hingga kobaran api berhenti. Bahuku bergetar, tatapanku kosong pada mobil sport remuk itu, “Kak Rendy, kuharap itu bukan kau…” desisku pelan.
Kulihat orang sekitar Menyirami api yang berkobar dengan selang dan menyelamatkan beberapa pengendara motor dan mobil lain yang berhamburan di jalanan. Supirku mendekatkan mobilnya dan membuka kunci. Aku memasuki kerumunan orang yang sedang mengevakuasi korban kecelakaan itu. Aku melihat orang orang mencongkel mobil sport itu dan mengeluarkan sesosok tubuh yang telah… uh… benar-benar tidak dapat dikenali lagi. Namun aku menatap arlogi yang dipakai tubuh itu, tangisku langsung pecah, “Kak Rendy!” teriakku sambil mendekat. Kuraih tangan gosong itu, namun ternyata tulang sikutnya patah dan menampakan tulang keluar dari kulit.

“Dek sebaiknya jangan mendekat!” bentak orang yang mengangkat tubuh Rendy ke sebuah ambulans.

“Aku kenal dia…” ucapku dengan suara yang tercekat.

“Oh… sebaiknya adik antarkan dia ke rumah sakit bersama ambulans.”

Aku pun ikut kedalam mobil ambulans itu, duduk di sampingnya. Kugenggam erat tangan itu, masih hangat. Terlihat orang yang berbaju putih itu berusaha menyelamatkan Rendy dengan memberikan oksigen dan listrik pengejut (yanz gak tau namanya jadi ya begitulah kalian pasti tau).
Kemudian orang berbaju putih itu saling menatap, pandangan mereka sayu dan menutupi seluruh tubuh Rendy dengan kain putih.

“Ke-kenapa?” tanyaku khawatir.

“Maaf, kami sudah berusaha tapi tuhan jua lah yang menentukannya. Kami tidak bisa menyelamatkan nyawanya dek.”

Tangisku kembali pecah, aku menggenggam erat tangannya dan meletakkannya ke dadaku. Aku menundukkan badanku dan memeluknya, tubuhku bergetar, dadaku sakit seolah ada yang menyobeknya dan menarik seluruh organku keluar dengan kasar.

Tak ada lagi tangan hangat yang mengusap pipiku, tak ada lagi senyuman cerah yang menerangi hariku, tak ada lagi suara merdu yang menenangkan batinku. Yang tertinggal hanyalah tubuh kaku, berlumur darah dan debu. Kubuka kain putih tadi dan pertahananku luluh lantak dibuatnya, aku tidak bisa menahan tangisan dan teriakanku melihat wajah tampannya dulu kini telah tak utuh seperti dulu. Bibirku kaku tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun, hanya bergetar menahan tangis dan rasa sakit. Tuhan ini mimpi buruk kan? Ini tidak mungkin kan? Orang yang membuatku tertawa bahagia di saat ulang tahunku kemarin bukankah masih ada dan beraktifitas seperti biasa kan? Tidak… Tidak mungkin. Bagaimana bisa aku menerima kenyataan pahit ini? Aku tidak akan sanggup jika orang yang menjadi nafas kehidupanku ini telah kau bawa pulang tuhan…

>>>>>>>>>>>>> 

Kutaburkan bunga di atas makam yang masih segar ini. Perasaanku masih terpukul, namun inilah kehidupan. Yang hidup akan mati, menyesalinya pun tidak akan merubah keadaan. Kututup mataku rapat, meraba tanah makam itu, berharap kau bisa merasakan kehadiranku Kak Rendy, selamat jalan….

Tak pernah terpikir olehku
 Tak sedikitpun ku bayangkan
 Kau akan pergi tinggalkan kusendiri

 Begitu sulit kubayangkan
 Begitu sakit ku rasakan
 Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri

 Dibawah batu nisan kini
 Kau tlah sandarkan
 Kasih sayang kamu begitu dalam
 sungguh ku tak sanggup
 Ini terjadi karna ku sangat cinta

 *Inilah saat terakhirku melihat kamu
 Jatuh air mataku menangis pilu
 Hanya mampu ucapkan
 Selamat jalan kasih

 #Satu jam saja kutelah bisa cintai kamu;kamu;kamu di hatiku
 Namun bagiku melupaknmu butuh waktuku seumur hidup
 Satu jam saja kutelah bisa sayangi kamu... di hatiku
 Namun bagiku melupakanmu butuh waktuku seumur hidup
 di nanti ku......
(ST12: saat terakhir)

thanks sudah baca, jangan lupa komentar? Yanz akan sangat senang jika kalian komentar.

Numpang promosi FB: http://m.faceboo.com/daniel.yanuar4/ please berlangganan FBku ya? Kalau ada kepentingan or mau reqques sesuatu silakan kontak fbku saja. Kirim inbox ke page aku gak bisa baca apalagi balas karena modemku lelet, aku gak sanggup dengan keleletannya.

5 komentar:

  1. mewek. . . Sering2 ya kak yanz bkin oneshoot yg sad ending. . . :')

    BalasHapus
  2. Kk bikin cerita pasangan yg beda umur nya 10 tahun plis~
    Yg satu SMA yg pasangannya dah kerja~ :3

    BalasHapus
  3. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa meweeekkkk

    BalasHapus
  4. Bukan nya ending nya si idimas ke danau tempat dia makan lagi tp uda ada pasangan yg baru...???

    BalasHapus